Mesin Penterjemah

Sekelumit Cerita

Sebenarnya aku biasa saja dengan ketidak-lulusan ini. Sungguh. Namun ada sedikit beban dalam diri. Ya, masalah ekonomi.Aku tak mau megungkapkan ini depan orang, hanya melalui tulisan ini saja. Aku mencari rejeki halal untuk tugas kuliahku. Memang, kedua orang tuaku masih lengkap. Namun aku, aku tak mau lagi dan lagi membebani pikiran mereka. Gagal lagi aku untuk menambang uang. sudahlah, aku tak begitu memikirkannya. Aku percaya ada jalan Tuhan untuk titik temunya, neski tanpa mengaku "susah" di depan orang lain :)

Tak Ada yang Hilang, hanya Mampir Sejenak


 
                Percayakah anda ketika barang anda hilang dari jangakauan anda, maka sebenarnya itu bukan hilang. Melainkan, itulah cara-Nya membuat barang tersebut mampir di orang lain. Ada orang yang tahu itu bukan barangnya, maka mencoba mengembalikan ke empunya barang. Ada juga yang merasa sekarang sudah jadi miliknya. Lalu, hal tersebut sebenarnya merupakan akumulasi dari perbuatan kita selama ini tanpa disadari. Ketika kita seringkali menemukan barang atau sesuatu yang kita ambil, maka hal yang sama akan terjadi pada kita, bisa dalam jumlah kecil maupun besar.

                Sore itu, Jumat (26/09/2014) saya menghabiskan sore bersama tiga orang teman, satu diantaranya sepupu saya. Awalnya saya tak mengira akan memakan Shusi di tempat sejauh itu, namun saya kira sesekali tak apalah. Toh kuliah saya pun diluar kota, jelas lebih jauh dari tempat itu. Sebelumnya saya menghabiskan waktu bersama Kak Desi, kakak tingkat yang juga teman baik saya, kami bertemu di salah satu Mall besar di kota Palembang, tempat saya tinggal, lalu kami melanjutkan perjalanan yang cukup jauh, ke pasar pusat, pasar 16 Ilir Palembang. Kemudian, kami berdua bergerak cepat di pasar untuk membeli rok dan sandal untuk adik saya. Tak sampai tiga puluh menit, perjalanan melelahkan dipasar yang besar itu pun selesai. Kami pun melanjutkan perjalanan panjang (lagi) menuju tempat makan Shusi di daerah Soekarno-Hatta yang sangat jauh untuk menjadi tempat bermain  saya sehari-hari. Angkot biru kecil tujuan Bukit pun kami pilih menjadi transportasi menuju tempat makan itu. Sampai dilampu merah, saya dan Kak Desi menyambung angkot kuning Musi2. Kami duduk cukup lama di dalam angkot yang ngetem di  kawasan Lingkaran untuk menunggu penumpang. Setelah cukup lama menunggu akhirnya angkot bermuatan lima belas orang pun berjalan mengantarkan kami ke lampu merah simpang tiga, ke kiri menuju polygon dan ke kanan menuju Jl. Soekarno-Hatta, Bandara, tempat yang akan kami datangi. Usai turun angkot kami lanjutkan dengan jalan kaki menuju lokasi yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter saja. Saya memang takut menyebrang, sehingga saya (selalu) berlari  saat itu. Sesampai di tempat makan Sushi, saya menyadari tas sedikit terbuka disisi kiri. Namun saya tak menaruh curiga sedikitpun. Karena saya tahu persis, semua barang penting aman dalam tas hingga akhirnya perkiraan saya itu sirna. Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, datanglah Fe dan Kak Mutek yang membuat lengkaplah kami berempat. Jadilah kami memesan makan, yang sebenarnya saya sudah teramat lapar sedari di pasar pun mulai sibuk memilih makanan. Cukup lama dan makanan yang kami tunggu pun mampu menyesaki ruang-ruang kosong di lambung saya yang mungkin saja asam lambungnya naik karena telat makan. Sebelumnya minum saya sudah datang lebih dulu dari yang lain. Acara makan makanan ala Jepang selesai, mulailah saya sadar bahwa dompet telah raib. Ya, ternyata tas yang sedikit terbuka itu menandakan dompet telah hilang. Niat saya untuk membelikan Sushi untuk adik saya dirumah pun pupus. Setidaknya di dompet saya ada atm yang ada isinya dan cukup untuk sekedar membeli satu paket Shusi mini.

                Kegalauan pun dimulai. Mengetahui dompet  saya  hilang dari tas, saya berputar menggunakan motor dan berjalan kaki ke tempat saya menyebrang menuju tempat makan itu. Namun tak membuahkan hasil apapun, nihil. Baterai tab saya pun habis sama sekali, jadilah saya tidak bisa menghubungi nmor penting terkecuali nomor mama saya yang sangat saya hapal. Hingga langit gelap pun, saya masih belum jua menemukan titik terang bersama Kak Desi. Kebetulan, Fe dan Kak Mutek saya minta pulang saja. Karena sudah putus asa, saya dan Kak Desi tak lagi mencari. Yang utama hanyalah memikirkan bagaimana cara kami pulang. Kondisi saya saat itu sungguh lesu, saya bingung mau bagimana. Di dompet itu juga, semua isi dan data penting saya berada. Hingga akhirnya abang menjemput kami untuk mengantar kami pulang. Di pikiran saya saat itu, saya harus segera ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan. Namun seakan tak percaya, saya selalu memiliki keyakinan bahwa barang saya PASTI akan kembali. Entahlah, saya hanya ber-positif thinking pada diri sendiri. Dan teramat terima kasih untuk keempat orang yang sudah berada disamping saya saat kejadian itu terjadi. Saya ulangi, Kak Desi, Fe, Kak Mutek dan Abang yang sudah menguatkan saya. Tak ada tangisan. Saya hanya lebih banyak diam. Dan baru menyadari banyak tanda yang mengisyaratkan saya akan kehilangan. Berusaha ikhlas dan sabar. Saya harus kuat! Berusaha tenang, saya memasuki rumah. Satu hal yang sangat mengejutkan saya. Ternyata dompet saya sudah duduk manis dirumah. Aneh bukan? Saya yang kebingungan sejak sore hingga saat sesampai dirumah pun terheran-heran. Usut punya usut, ternyata dompet saya jatuh di depan tukang sate. Memang, saat itu saya tak mencari sampai depan tukang sate. Kenapa? Karena sepanjang jalan tak saya temui jejak dompet saya. Pikir saya, untuk bertanya kepada orang pun tidak perlu. Mungkin karean terlalu kalut. Yasudah, saya berpikir itu hilang saja. Dompet yang jatuh di tukang sate itu pun ditemukan bapak- bapak pegawai PLN yang mencoba mencari keberadaan saya. Saya tak ada dikampus, dan ia pun memberanikan mencari saya ke alamat yang tertera di kartu pengenal dalam dompet. Dompet yang berisikan hanya dua puluh dua ribu uang tunai rupiah itu pun sampai dengan selamat dirumah. Nomor saya yang tak aktif pun disangka turut hilang. Namun perkiraan itu luntur ketika saya sms mama untuk mengabari kalau saya masih dijalan. Ya memang, tab saya aman dalam binder hanya saja habis baterai. Seperti sebuah mimpi, harapan yang telah hilang berubah menjadi kejutan manis dengan ditemukannya dompet. Meskipun saya diceramahi papa saya, tak apalah untuk dijadikan pelajaran.
  
Dari sini saya mengambil banyak pelajaran, antara lain :

  1.  Berhati- hati dalam membawa barang berharga
  2. Jangan terlalu mencolok dalam berbagai hal
  3.  Yakin dan berpositif thinking 
  4. Kebaikan akan selalu datang ketika kita mengusahakannya
  5. Bukan bermaksud tak ikhlas, namun ketika kita pernah menemukan milik orang lain cobalah kembalikan, kemudian suatu saat mungkin hal itu pun akan terjadi
  6. Ada, dan akan selalu ada keajaiban Tuhan
  7. Masih banyak orang baik di bumi ini 
  8. Masih aka nada dan selalu ada keajaiban Tuhan 
  9.  Keajaiban itu datang bukan saat kita ingin, melainkan saat Tuhan sudah memastikan itulah saat yang tepat
  10.   Banyak bersyukur dan peduli terhadap orang sekitar 
  11. Peka 
  12. Terima kasih Tuhan untuk pelajaran kali ini 
(latepost)

Special Birthday

Hiduplah Indonesia Raya 



Hari ini serentak diseluruh penjuru tanah air saudara sebangsa setanah air menyuarakan hal tersebut. Kenapa? Ya haryti ini peringatan Hari Kemerdekaan NKRI yang Ke-69. Sejujurnya inilah ulang tahun yang paling fenomenal. Angka "69" yang konotasinya agak sensitif di masyarakat ini menjadi tahun dimana pemilu berhasil dilaksanakan dengan penuh gejolak. 

Sudalah, kita tak usah bicara politik. Tahun ini tahun kedua saya merayakan 17an dengan status "mahasiswa".

Saya juga melihat semua orang membuat status di sosial media dan dimana pun tentang kemerdekaan. Namun ada satu yang membuat saya sadar, status dari Kak Umar. Yang pada intinya, peran mahasiswa dalam mengisi kemerdekaan. Bukan hanya dalam kalangannya saja. Juga dalam masyarakat sekitar. 

Apapun itu, saya adalah satu dari jutaan mahasiswa yang berada dalam masa produktif. komitmen saya ialah mengisi kemerdekaan dengan kemampuan saya agar bermanfaat, sekecil apapun itu.



Dirgahayu Negara Kesatuan Republik Indonesia Ke-69. Jayalah Selalu Indonesia! 


(Berat) Badan

Selak Ceking


          Beginilah kira-kira nasib saya saat SD. Sejak saya lahir badan saya bertumbuh normal. Namun saat kelas 4 SD, saya sempat sakit dan rawat jalan selama 6 bulan. Masa itulah yang menjadikan saya kurus. Ada satu anak yang selalu mengolok-ngolok saya perihal badan saya yang kurus. Ia sebenarnya menyukai saya, namun saya tak menanggapi hal itu. Sehingga ia benci terhadap saya dan memanggil saya "Selak Ceking". Hingga kelas enam SD panggilan itu terus ia pakai dan saya terbiasa dijadikan bahan olok-olok oleh ia dan teman-teman disekolah. Hingga saat mama saya ke sekolah dan ke kelas saya. Saat itu mama saya tak tahu kalau saya terus dibully dengan julukan "ceking" itu. Mama saya yang baru tahu pun menegur teman saya itu. Mama saya marah mendengar kata-kata itu karena kesannya saya sangat kurus dan tak terurus. Lambat laun julukan itu mulai pudar

Masa SMP adalah masa pubertas. Di masa ini berat badan saya cukup naik sekitar 10-17 kilo. Setelah mengalami menstruasi perlahan berat badan saya bertambah selayaknya anak SMP lainnya. Saat kelaa dua SMP merupakan masa subur-suburnya berat badan saya. Yang dulunya 30 kilo menjadi 40 kilo. Kelas tiga SMP menjadi masa akhir disana. Berat badan saya perlahan naik hingga akhirnya saat taman SMP memiliki berat 47  kilo. Ini benar-benar berat badan terberat selama hidup saya (saat itu). Dan semua kembali turun saat SMA. Masa saya frustasi karena tak diterima di SMA idaman saya.


SMA yang katanya masa paling indah, agaknya tak terlalu saya rasakan. Saya menikmatinya hanya setengah hati. Dan turunlah berat badan saya menjadi 43 kilo. Turun 4 kilo hingga saya tamat SMA.

Masa kuliah, adalah saya mengalami masa yang sama seperti SD. Adaptasi gila-gilaan saya alami. Berkuliah di kampus yang berjarak sekitar 50 KM dari rumah menjadi rutinitas lima hari dalam seminggu. Berat badan saya bahkan sempat 40 kilo. Muka saya kusam, hitam dan pipi saya tirus. Mama saya merasa sedih melihat keadaan saya. Dan beliau meminta saya lebih banyak istirahat agar tak sakit. Mengingat berat badan saya yang menurun. hal itu berlangsung selama tiga semester.

"welcome ke-gendutan"

Tiga semester telah dilalui. Kata orang, semester tengah akan membuat seseorang gemuk. Dan saya mengalami itu ternyata. Suatu mimpi yang selalu saya dambakan. Menjadi berisi. Saat liburan semeter tiga, lebih santai dari liburan dua semester sebelumnya. Liburan tersebut saya lalui dengan berkunjung ke Jakarta dan Kepulauan Seribu. Saat di Jakarta saya memakan banyak sekali daging. Sdhingga lemak ditubuh saya mulai menumpuk. Saat pulang kerumah, semuanya benar. Berat badan saya yang sudah normal di semester tiga (43 kilo) naik menjadi 45 kilo. Dua kilo? Bangga bukan main. Sudah cukup untuk seorang gadis. Saya pun mulai paranoid, takut naik terus.
Alhamdulillah, beberapa bulan (saja) berhasil. Di pertengahan tahun 2014, yang juga saat libur semester 4 saya pun kembali ke Jawa dan menyempatkan diri untuk berlibur. Lagi, saya tak lihai mengaur pola makan. Jadilah 7 hari diBandung menambah pundi-pundi lemak menjadi. Taraaa 3 kilo siap menyesaki tubuh mungil ini. Jadilah berat badan 48 kilo. Ya Allah ini badan beneran gendut. Antara senang dan sedih. Senangnya, karena predikat sebagai manusia kurus sudah pasti luntur. Sedihnya, kegemukan saya terlihat jelas di area pipi, perut, paha, dada dan lengan atas. Semuanya menjadi tak biasa. Ukuran pun naik.

Namun tak sampai beberapa hari, saya sakit dan berat badan turun kembali, 45 kilo tak lagi ke 43 kilo yang sekian lama menjadi berat badan setia. Hmmm, sedih juga turun lagi tapi biarlah. Tak lama, masuklah bulan suci Ramadhan. Itu artinya pundi-pundi lemak sudah siap terisi kembali. Nyatanya, berat badan naik lagi hingga 47 kilo usai satu bulan dilalui.
Lebaran pun tiba, itu artinya sanjo(silaturahmi) pun kerap saya lakukan. Dari satu tempat, ke tempat lainnya membuat saya merasa sangat tidak biasa. Hampir semua orang bilang "ay gemukan caknyo sekarang". Dan memang saya nampak gemuk tapi saya selalu mengingkari hal itu. Hingga akhirnya saya benar-benar sadar saat lebaran keempat. Saya sedang mencoba baju baru untuk lebaran hari itu, say pun baru benar-benar melihat betapa lebarnya badan saya sekarang. Saya tak lagi pantas memakaibaju berukuran S dan ukuran celana saya naik dua ukuran.

Dulu, saya selalu bilang saya mau gemuk. Dan sekarang saya ingin kurus lagi. Sebenarnya bukan masalag ukuran, melainkan karena saya tak atau belum terbiasa tampak lebih gemuk. Bukan soal julukan dari orang. Karena bagi saya, fisik tak masalah, yang penting ialah hati. Sekarang saya cuma punya rasa syukur atas badan saya. Saya percaya, orang baik tak pernah memandang fiaik. Pun saya, jika diantara manusia ada yang baik hatinya, baik kurus ataupun gemuk saya akan selalu sama. Yang membuatnya berbeda ialah perilaku saya.

Selamat menikmati rasa gemuk hai badanku :)




Takbiran

Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar La Illaha Ilallah hu Allahu akbar. Gema suara takbir berkumandang syahdu memecah keheningan malam. Ya, sudah masuk 1 Syawal 1435 H malam ini (27/072014). Alhamdulillah, ini Ramadhan Ke-19 dalam hidup saya. Segalabrasa syukur saya panjatkan tatkala masih bisa berjumpa dengan Ramadhan dan meraih kemenangan di hari nan fitri bersama keluarga. Meski rasanya sungguh tak adil karena saya merayakan lebaran tanpa keluarga besar. Papa saya sebagai anak tertua, dan memiliki 4 orang adik. Semuanya sudah berpencar, dan yang terjauh di Jaya Pura. Begitu pula mama saya, meski kedua orang tua (nenek dan kakek) saya masih lengkap namun tak berada di kota ini, Palembang. Dahulu sekali, saat semuanya masih ada dan lengkap, setiap malam takbiran terasa sangat meriah. Tapi kini, tak lagi dapat saya rasakan kebersamaan itu karena satu dan lain hal. Meski tangan tak bisa berjabat, Insha Allah saya dan keluarga tetap saling menjalin komunikasi dengan keluarga besar. Kami merayakan lebaran di tempat yang berbeda namun hati kami tetap satu.

Biarlah masalah jarak menjadi suatu permasalahan klasik, tapi tetap jadikan hati kami bersatu Ya Rabb. Jadikan luntur semua dosa kami dengan saling bermaafannya kami. Kemudian, jadikan kami sebagai insan muslim yang lebih taat beragama dan terus menjaga toleransi, persatuan juga kedamaian dalam hidup. Izinkanlah saya dan orang tercinta agar tetap bisa mendengar kumandang takbir(an) di tahun-tahun berikutnya.


Saya, Sheilla Andriani Rizky mewakili M. Gani (Papa saya) beserta keluarga dan keluarga besar mengucapkan :
Minal Aidin Walaidzin, Takobalallahu Minna Waminkum Wama Takobal Ya Karim.


Bersih- bersih

Hari ini adalah hari puasa terakhir tahun ini. Insha Allah besok akan lebaran. Dihari ini, ibu-ibu sibuk memasak, bapak2 sibuk mengurusi rumah, cat rumah, beli kursi, minuman kaleng dan sebagainya. Bahkan mereka lupa, esensi akhir Ramadhan. Harusnya dihabiskan dengan banyak ibadah, karena bulan suci ini hanya satu bulan saja dalam satu tahun. Belum tentu juga tahun depan masih bisa menikmati indahnya bulan ini. Semoga inti dari ibadah selama bulan suci ini, sesungguhnya masih kokoh tertanam dalam hati. Selamat Menjelang Idul Fitri 1435 H. Minal Aidin WalFaidzin :)

Balada Kaki Kram

        Sebenarnya ini cerita biasa, bahkan sangat biasa. Biasanya hal ini dialami oleh orang yang baru bangun tidur. Yang membuatnya menjadi tak biasa ialah keadaan sekitar saat bangun tidur. Ya, saya terbangun dengan keadaan yang cukup asing. Baru saling kenal.

          Hari itu Jumat, tepatnya 6 Juni 2014, saya masih ingat sekali. Saya sedang duduk teramat manis di sebuah Hotel di kota kembang, Bandung. Meskipun saya manis, saya tak sendirian karena saya berada dihotel bersama 30 peserta Workshop lainnya dari berbagai kota. Sekedar informasi, saya adalah satu dari empat orang wakil Pulau Sumatera. Iya, saya orang Sumatera yang paling cantik dirumah saya (maksa). Lalu kemudian, saya dan yang lainnya sibuk memilih lokasi untuk meliput keberagaman. Kebetulan, workshop saat itu mengenai keberagaman, cukup sesuai dengan keadaan 31 peserta yang beragam pula. Akhirnya, saya memilih Gereja bersama 9 orang teman lainnya. Brumm.. brumm.. brumm..  Kami bersembilan menyebut diri kami Jemaat Gereja, walau sebenarnya kami bersembilan Muslim. Oh, sungguh  indahnya keberagaman. Menelurusi jalanan Bandung dengan angkot memberikan pengalaman tersendiri bagi kami untuk lebih mengakrabkan diri. Saya khususnya, bersama 4 dari Sembilan teman membentuk kelompok yang membahas mengenai “langkah kuratif” Gereja Kristen Pasundan (GKP) pasca pengrusakan yang mereka alami di Jawa Barat. Pengalaman meliput keberagaman bagi saya, dan sungguh luar biasa. Perjalanan panjang pun berakhir di Hotel saat Adzan Maghrib berkumandang. Alhamdulillah, bisa sholat di Hotel.

            Malam pun tiba. Usai mandi, Sholat dan makan malam bersama kami semua kembali dikumpulkan di aula. Tempat yang selalu menjadikan saya teramat manis, duduk diam diatas kursi. Kali ini saya sudah tahu nama anggota kelompok saya. Baik akan saya kenalkan, tenang. Ada Mbak Husna dari Bekasi, Endah dari Semarang, Saya (Sheilla) dari Palembang, dan ada Duo Maia, eh salah, maksudnya Duo Malang, si Ipung dan Umam. Sebenarnya sudah kenalan di awal pembagian kelompok. Namun malam itu menjadikan kami lebih mengenal. Jam delapan malam semua berkumpul dan mendapat arahan untuk menulis features tentang liputan keberagaman tadi. Sebelum semua berkumpul, saya menemukan sosok Umam masih mengenakan batik yang sama saat ke Gereja. Spontan saya bertanya, “Eh, kamu belum mandi ya?”. Belakangan saya ketahui, bahwa pertanyaan itu sangat aneh cerita Umam ke saya. Maaf ya Umam jikalau saya terlalu jujur hehe .. Lucunya, meski sudah saya buat dia mati gaya, malah kami banyak bercerita. Jadilah saya tahu tentang rahasia bajunya yang Cuma ada dua lembar. Saya yang jahil semakin menjadi mengolok-ngolok dia.

           Satu jam berselang, semuanya telah berkumpul meski lewat dari jam delapan malam tepat. Akhirnya, kami berlima bersepakat mengerjakan features kami di lobi hotel. Semuanya turun kebawah. Tapi ada dua yang naik lagi keatas, saya dan Ipung. Kalau si ipung mau mandi (ngapain aja ya sedari maghrib sampe jam delapan belum mandi), nah inilah saat yang saya suka, makan. Saya membawa dua piring berisi cemilan. Yang sebenarnya jumlahnya lebih banyak dari kelompok kami. Saya mengambil tiga sampai lima buah mini burger gratis. Terima kasih Tuhan, bisa makan gratis (lagi dan lagi). Ada empat orang akhirnya stay di bawah, termasuk saya usai mengurus cemilan ini itu diatas, lantai tiga. Bingung, stuck dan entah mau nulis apa. Kami malah cerita sana-sini. Kecuali Umam yang terus nonton TV dan Ipung yang masih ngapa-ngapain enggak tahu lagi apa dikamar. Saya sih mencium bau-bau Ipung tidur dikamar. Alhamdulillah kecurigaan saya salah, sekitar setengah jam Ipung pun menyusul kami. Kami tetap tidak menulis apapun. Semakin malam semakin dingin, akhirnya kami mendapat mukjizat untuk menulis. Lebih tepatnya Ipung dan Mbak Husna saja. Endah menulis di laptop, kemudian direvisi mereka berdua, dan saya turut bilang “Yes” atau “No” saja ditiap kalimat. Indahnya berkelompok dengan orang rajin. Hahahahaahaha (ketawa hina, karena enggak bisa bantu banyak).

         Dan terjadilah tragedi itu. Karena saya sudah ngobrol cukup banyak dengan Umam akhirnya kami menghabiskan waktu dilobi hanya untuk bercanda tanpa membantu mengerjakan features sama sekali. Dan saya pun lelah. Sekitar jam dua belas malam, lobi sudah sepi, bahkan Endah sudah tidur dikamarnya. Tapi kami tetap berlima, ada Usman yang duduk bersama kami. Saat itu mata saya sudah begitu lelah. Maaf saya duluan. Sambil tertidur di Sofa lobi saya menikmati angina malam. Ini pertama dalam hidup saya, tidur di lobi hotel. Dan jangan lagi-lagi. Mbak Husna dan Ipung memang tangguh, keduanya terus menulis. ditengah tidur yang cukup lelap saya pun terbangun. Jam dua dini hari Mbak Husna pun membangunkan saya. Tulisan dilanjutkan besok. Saya yang tertidur mulai membuka mata. Sayang sekali, orang yang bangun tidur pasti mengalami syndrome aneh, syndrome bangun tidur.  Ada dua hal yang mengejutkan saya, yaitu :

1.   1. Saat terbangun saya mendapati pemandangan sangat tidak mengenakan. Saya ditiduri Umam. Eitsssss, jangan ambigu dulu. Saat saya terbangun, saya melihat si Umam berada diatas tubuh saya yang terlentang di sofa. Untungnya diatas tubuh saya ada banyak bantal menutupi. Jadi, kami berdua tidak sama sekali bersentuhan. Hanya saja posisi tubuh kami sejajar dan hanya dipisahkan bantal. Kami baru saling mengenal. Ya Tuhan, ampuni aku yang tidur semabrangan.
    2. Saat yang bersamaan, saya ngomel-ngomel tidak terima dengan pemandangan tersebut. Parahnya, Umam hanya menampakkan muka biasa saja. Sedangkan itu semua pasti salah dia. Dia tahu saya tidur disana. Saat itu dia nonton TV dekat kaki saya. Harusnya kalau mau tidur di sofa, bisa duduk atau pindah ke sofa lain. Tapi dia memilih tidur diatas tubuh bantal yang dibawahnya ada saya. Tak heran kalau kami menyebutnya figuran. Karena ia hanya menonton Tv tanpa membantu. Malah menimpa saya saat tidur. Lalu saya berusaha bangkit dari keadaan aneh disekitar orang “asing” dengan muka bangun tidur seadanya. Lagi, hal tak baik menemui saya. Kaki saya kram, mungkin akibat terlalu lama ditimpa jadi sangatlah berat. Saya langsung mengira kaki saya lumpuh. Lebay. Saya mau saja menangis sejadinya, tapi saya malu karena mungkin saja saya akan terlihat aneh. Saya sulit berdiri dan berjalan. Dan akhirnya Ipung menjadi Pahlawan kesiangan ke-dini hari-an. Dengan sigap dia menanyakan mana yang sakit. Awalnya saya kira dia benar-benar pahlawan. Tapi saya salah. Dia menarik kaki saya setelah sempat memijitnya beberapa saat. Sudah sakit bertambah sakit pula. Jadilah saya semakin menggerutu. Usman hanya tertawa dan yang lain hanya menatap saya-mungkin- dengan tatapan aneh.  Untungnya enggak ada foto-foto yang mereka ambil saat itu. Sampai sekarang, si Ipung selalu ngingetin saya kejadian ini. Dan rasanya ada lucu, aneh, malu, tapi ini berkesan.
Berkat peristiwa kaki kram sehabis bangun tidur dengan muka yang aneh dan ngomel-ngomel itu saya jadi sering berkomunikasi dengan teman-teman sekelompok saya tersebut. Terutama Ipung dan Umam. Ya, walaupun akhir-akhir ini enggak tahu si Umam apa kabarnya. Kabar baiknya, si Ipung yang dulunya tukang Pijit mijitin kaki yang “kram” udah mau rilis buku. Lain kali kita ketemu dalam keadaan lebih baik, tanpa tidur sembarangan, tanpa ngomel-ngomel dan tanpa kaki KRAM lagi.


TAMAT
(No Edit, Males Ngedit)

Surat Terbuka untuk Pak Prabowo, Kami (selalu) mendukungmu Pak!


                Surat ini saya tulis pukul 22.55 WIB pada hari Selasa, 22 Juli 2014 usai penyampaian pidato kemenangan Bapak Presiden RI  Terpilih periode 2014-2019, Joko Widodo. Saya sengaja menunggu pidato tersebut selesai supaya adil, mendengarkan kedua calon presiden berpidato dihari yang sama. Sebelumnya, saat sore hari, Bapak yang saya dukung, Prabowo, telah menyatakan mundur dari rekapitulasi Nasional oleh KPU sekaligus menarik diri dari Pilpres 2014.
                Inilah kisah awal saya menanggapi pencalonan beliau. Pada 2009 lalu, itulah kali pertama saya mendengar nama Bapak Prabowo Subianto sebagai calon Wakil Presiden dari Bu Megawati Soekarnao Putri. Beliau berasal dari Partai Politik baru dikancah politik Indonesia. Saat itu saya baru masuk SMA, dan belum memiliki hak untuk memilih presiden. Kemudian tahun selanjutnya, sama sekali saya tidak mencari tahu siapa beliau. Lama dan cukup lama. Juni 2013 menjadi titik awal saya mulai mendengar lagi kalau beliau akan mencalonkan diri sebagai presiden. Saat itu, saya dan keluarga yang merupakan anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), khususnya saya yang dilantik sebagai Sekretaris Ranting Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II Palembang, sumatera Selatan. Aula  Sriwijaya Sport Centre jadi saksinya, semua berseru “Prabowo Presiden”. Dan kembali lagi, hanya saat itu saja saya mendengarnya. Kebetulan saya seorang Jurnalis Majalah Remaja sekaligus Jurnalis Kampus, saya lebih tertarik dengan isu yang tak berbau politik.
Hampir satu tahun berlalu, tepatnya sekitar Maret 2014 saya membaca akun @TrioMacan2000 yang menyebutkan bahwa Presiden terpilih 2014 pada Juli 2014 ialah Prabowo Subianto, alih-alih menjadi Presiden yang baik, malah ditweet-tweet nya diketahui bahwa Prabowo sebagai “badan” bagi para Koruptor yang turun tahta. Saat itu pula saya menjadi “kurang respect”. Bodohnya saya, cepat tersugesti tanpa mencari tahu dahulu. Bahkan, saya baru tahu desas-desus kasus ’98 melibatkan nama Bapak saat menjelang Pilpres. Tapi itu dulu pak, saat saya masih buta “siapa Bapak”
                Akhirnya saya tahu Bapak, dan saya yakin dengan Bapak. Menjelang libur kuliah (Mei 2014) saya tidak punya uang untuk mengikuti kegiatan Jurnalistik Kampus di Medan. Hingga akhirnya saya memilih untuk mengikuti kegiatan lain di Bandung (5-7 Juni 2014). Salah satu syaratnya yaitu membuat esai tentang keberagaman. Saat itu sekitar 20 Mei 2014, hingga saya memutuskan untuk menuliskan “Isu
SARA di Pilpres”, meski akhirnya harus di revisi. Sebelumnya, saat pertengahan Mei saya cukup banyak menerima informaqsi tentang kedua calon. Tapi hati saya tertuju kepada beliau, Pak Prabowo. Saat saya menulis, saya ingin mengklarifikasi mengenai “tuduhan” kasus ’98 tersebut. Menurut sekian banyak informasi yang say abaca, saya begitu yakin Bapak bukan “pelaku” dari kasus tersebut. Meski hal tersebut tidak begitu memperoleh respon balik yang baik. Saya percaya, orang baik akan selalu dijaga Tuhan. Kemudia, saat diminta revisi saya dijejali artikel tentang Beliau dan Pak Jokowi agar isi esai berimbang dan tidak memihak satu pihak. Namun tetap saja saya menekankan bahwa Pak Prabowo hanya korban.
Setelah acara di Bandung tersebut saya pulang ke Palembang dan terus mencari informasi tentang Bapak. Saya selalu mengikuti Debat Capres, mencari informasi di Internet, bertanya kepada teman-teman mahasiswa Hukum, dan semua sumber yang menurut saya bisa dipertanggungjawabkan. Semakin hari, rasa kagum, cinta, dan dukungan saya terhadap Bapak kian memuncak. Hingga ajakan untuk memilih pasangan lawan Bapak terus saya tolak secara halus. Sejujurnya, saya bukan orang yang mengumbar pilihan di muka umum. Bagi saya, pilihan adalah hak pribadi, namun saya berkampanye dengan cara saya, diskusi. Penolakan terus datang, tapi saya yakin dan percaya Bapak pasti banyak dipilih orang. Kenapa? Karena taka da manusia sebaik dan setulus hati Bapak. Saya teramat sangat kagum Pak. Saya pun bersyukur, oramg sekitar saya memilih Bapak. Dan di TPS tempat saya memilih Bapak yang menang. Alhamdulillah, akhirnya 9 Juli dilalui dengan baik.
Kemudian, ada waktu cukup panjang (10-22 Juli) sebagai masa penghitungan suara (real count), dimasa itu, Bapak terus mengawal pemilu dan tetap beramal. Sama seperti biasa. Bapak orang baik, Bapak menyumbang 1 Miliyar Rupiah untuk saudara di Gaza yang merupakan korban kekejaman Israel. Saat dimana orang-orang masih sibuk dengan pemilu. Bapak sudah banyak membantu Indonesia melalui banyak hal, tapi Bapak tak gila pencitraan. Inilah kesederhanaan sesungguhnya. Semangat mengagumi sosok Bapak tak akan pernah hilang. Saya bangga pernah memiliki Calon Presiden sehebat Bapak.

                Pak, jangan pernah bersedih. Meskipun mungkin hati Bapak sakit akibat menerima cacian dari orang yang Kontra terhadap Bapak tiap harinya. Tapi saya tahu Bapak bukan orang lemah. Bapak difitnah dan dipersalahkan pun, Bapak tak gentar. Buktinya, Bapak berani mencalonkan diri setelah 5 tahun mendirikan Partai Politik. Puncaknya hari ini, saya sedih Pak. Saya sedih dengan Lembaga Negara yang terindikasi tidak jujur. Saya tahu Pak, bahkan kalau saya jadi Bapak, akan melakukan hal yang sama. Saya pun tak mau menerima kekalahan dari kecurangan. Bukan soal menang kalah, namun apalah artinya kemenangan bila diraih dengan ketidakjujuran. Mungkin akan banyak orang yang kembali mempersalahkan Bapak. Bahkan mungkin, Koalisi Permanen pun akan bubar. Tapi percayalah Pak, saya, satu diantara puluhan juta penyumbang suara untuk Bapak. Saya selalu berharap agar Bapak tidak sakit hati dengan semua ini. Agar Bapak akan tetap mengabdi untuk Indonesia, sekalipun bukan sebagai Presiden. Biarlah kebaikan Bapak hanya dibalas allah. Percayalah Pak, saat kita menanam benih kebaikan, saat itu juga tumbuh akar “balas budi” yang suatu saat akan sangat membantu Bapak. Biarlah Bapak menjadi diri bapak sendiri, percayalah, kami pendukung Bapak harus terima (suka atau pun tidak) atas terpilihnya Presiden. Tapi kami akan terus mendukung segala kebaikan Bapak dan berharap kebaikan tersebut menular ke diri kami.
Biarlah Pak, Negara ini dipimpin leh orang lain. yang penting Nasionalisme diri Bapak masih berakar kuat, dan sikap Kenegarawanan dan Ksatria Bapak tetap tumbuh dan berkembang. Biarkan ia yang berjanji akan melakukan “Revolusi Mental” membuktikan semua perkataannya. Semoga saja itu benar dan membawa kebaikan untuk Negara ini. Damai Indonesiaku

Salam dari saya,

Sheilla Andriani Rizky

Catatan Hati Seorang Gadis

Ada suatu ketika dimana manusia menjadi begitu khilaf, lupa bersyukur dan mengutuki takdir Allah. Kapan hal itu terjadi? Hal tersebut terjadi ketika si manusia lupa kepada Tuhannya. Lupa bahwa segala sesuatu di atas bumi kiranya atas izin-Nya. Iri hati dan dengki selalu bersemayam dihatinya. Tak percaya? Coba buktikan. Bagaimana caranya? Caranya ialah dengan ikhlas. Apabila menjadi ikhlas jauh dari bisa, maka cobalah menjadi manusia yang pandai bersyukur. Apa untungnya bersyukur atas suatu hal yang dianggap "tidak adil"? Untungnya ialah, sikap berbaik sangka akan menyertai kita. Dengan bersyukur, kita selalu tersadar bahwasanya segala sesuatu pastilah memiliki hikmah. Apa yang tengah dirasakan sesungguhnya latihan untuk kita menjadi manusia yang bisa menerima segala keadaan. Konklusinya, kebahagiaan itu ada ketika hidup diiringi rasa syukur. Dengannya, segala sesuatu tak lagi menakutkan dan menimbulkan sikap ketidak terimaan.

Malam

Malam ini aku menulis, mengikuti angin yang berhembus. Aku menulis bukan untuk mencari perhatian, atau apapun itu. Aku menulis sebagai ungkapan kangenku atas masa-masa produktifku menulis di September 2013 hingga Februari 2014. Sempat aku aktif kembali April hingga Juni 2014, namun rasa rinduku untuk menulis masih memuncak jua.

Lama. Ya, sudah cukup lama aku “berhenti” menulis di Majalah yang pernah mengangkatku jadi Kontributor Freelance. Kemudian, konflik internal LPM membuatku enggan menulis lagi. Lalu, karakteristik menulis di BSO dan di KOMINFO HMJ tidak bisa menjadi mediaku mengeksplor tulisanku secara lebih. Ya, aku bukan penulis handal. Aku hanya seorang anak yang punya ingatan cukup kuat. Sayang kalau tidak ditulis-kan. aku butuh wadah yang tepat, yang bisa membuatku bergairah dalam menulis. Bukan yang seperti sekarang, membuatku menulis seperti robot, menghilangkan feel dalam menulis.

Mungkin, aku pun tak tahu, mungkin bukan wadahnya yang kurang tepat, namun individunya, individu di dalamnya yang membuatku menulis bukan dari hati. Entah, entah sampai kapan aku terus bermalasan seperti ini. Bahkan, perjalanan mengesankanku ke Bandung tidak ku publish, aku hanya membuat catatan sendiri untuk pribadi. Kemana semangat itu? Semangat menuli, untuk berbagi. Aku takut, aku tak bisa menyelesaikan novelku lebih dulu atau sekedar berbarengan dengan novelku (AMIN) nanti. Satu keyakinan saja yang membuatku harus menulis. Traveling. Ya, traveling satu-satunya semangat baru untukku agar terus menyelesaikan novelku. Sekarang aku hanya focus untuk kuliah, IPK naik, kemudian mencari uang untuk BKLB yang akan memakan dana  6juta rupiah. Darimana uang sebanyak itu? Mungkin aku harus bekerja paruh waktu, atau mungkin berjualan lebih intens, atau entahlah. Setelah itu semua, 2015 aku harus traveling supaya ada penyegaran baru untukku. Mengubah perawakanku yang keras, agar lebih luwes dalam bergaul, agar lebih bisa menerima keadaan. Yang terpenting, agar tetap menulis.



Salam

Rambut baru

Beberapa hari lalu saya memotong rambut saya yang berwana coklat ini dengan gaya yang paling mutakhir bahkan diluar kebiasan orang kebanyakan (kata temen). Saya memotong rambut model cepak dengan sedikit mohawk yang sangat tipis, lebih tipis dan pendek dari cowok kebanyakan. Karena hal itu, temen-temen saya bilang kalau saya sudah hampir "gila". Menurut saya itu bukan hal gila, tapi itu tentang passion, tentang bagaimana saya merasakan suatu kepuasan batin. Berganti gaya rambut mungkin sudah biasa bagi kalangan artis, punsaya yang orang awam. Entahlah, bereksperimen dengan gaya rambut sudah menjadi kewajiban bagi saya. Rambut pendek gaya apa pun sudah dicoba. Parahnya, saya pernah dipanggil rambut helm 🙊
Tapi tak mengapa, orang yang suka mengusik kehidupan orang lain terlalu sibuk mengurusi hidup kita(sebenernya alibi akibat risih)
Tapi sumpah, kali ini bener-bener puas sama rambut yang lebih keren dari cowok-cowok, super tipis, cepak, mohawk, aaaaaaa ini baru keren! 😁

Pempek, makanan rutinku ❤

Setiap orang pasti punya makanan kesukaan, begitupun saya. Bagi saya, makanan kesukaan ialah makanan yang selalu bisa membahagiakan hati saya dan membantu memperbaiki mood saat tidak terlalu baik. Sedangkan pempek yang merupakan makanan khas Palembang ini, bukanlah makanan kesukaan saya melainkan makanan rutin, sama seperti tahu. Saya teramat menyukai pempek. Menurut saya, pempek adalah hasil karya anak manusia yang tak lekang oleh waktu dan tak pernah membuat saya lelah memakannya. Dengan perpaduan ikan dan tepung kanji yang diuleni dan ditambahkan sedikit air serta garam secukupnya adalah suatu kenikmatan dari Tuhan yang luar biasa. Entahlah, memakan pempek dengan cuko setiap hari tak mampu membuat saya kebosanan. Ohya, kalau bicara soal temannya pempek, ada cuko yang selalu membuat pempek.terasa begitu enak. Ya, cuko yang dibuat dari larutan gula merah ditambah cabe rawit, bawang putih serta garam secukupnya. Tanpa cuko, pempek bukanlah makanan yang membuat saya bahagia. Sehari enggak "ngirup" cuko itu sangat membuat saya galau. Mungkin bagi orang berlebihan namun bagi saya itu adalah hal.yang wajar. Saya lahir, tumbuh dan besar di Palembang membuat saya sangat amat terbiasa dengan pempek dan menjadikan saya memakannya dengan rutin. Semoga pempek akan terus dilestarikan sampai kapanpun. Amin


Mengulik sejarah pempek

Pempek yang berasal dari Palembang berasal dari jaman kerajaan Palembang Darussalam. Dahulu, epempek merupakan dagangan yamg dijual keliling oleh orang Tionghoa maupun keturunannya. Pada masa itu, pempek belum punya nama namun orang lebih mengenalnya dengan "jualan cipek/apek(sebutan bagi orang Tionghoa di Palembang)  sehingga lama kelamaan lebih dikenal dengan nam pempek/empek-empek(di luar Palembang). Karena rasanya yang khas yang terbuat dari Ikan dan tepung Kanji lama-lama makanan ini dijadikan makanan jajanan rakyat di Palembang. Bahkan sampai tersohor ke daerah lain hingga akhirnya sampai sekarang, makanan yang merupakan hasil karya darah Tionghoa dan terus diapresiasi hingga detik ini.

Persaingan Menuju Pilpres dalam Keberagaman

 Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang semakin dekat. Sudah bukan barang langka apabila rakyat membuka wawasan untuk mengenal “sang calon” lebih jauh. Berbagai bentuk pencarian dukungan pun dilakukan tim Sukses masing-masing calon. Saat rakyat mulai membuka mata, maka pencitraan disana-sini terus dilakukan agar memuluskan jalan sang figure menuju RI1 dan RI2. Sayangnya, ditengah-tengah perjalanan menuju masa kepemimpinan baru ini diciderai oleh banyak isu negative yang menyeruak dipermukaan. Maka tak aneh lagi apabila kampanye hitam terus terjadi bak alir mengalir dari tempat yang tempat yang lebih rendah. Seperti banyak dilansir baik media massa, online, elektronik maupun cetak isu mengenai trackrecord pasangan calon menjadi sorotan utama. Bahkan kenetralan media massa pun cenderung diragukan dewasa ini oleh khalayak ramai yang beranggapan beberapa media yang condong ke salah satu calon.
 Mengenai isu tadi, kedua calon pun tak dapat menampik adanya isu tersebut dapat membuat bahkan mengembangkan opini public. Jika melihat Prabowo Subianto, maka kembali lagi dikaitkan dengan pelanggaran HAM berat dan pelaku penculikan aktivis pada Mei 1998. Meski kenyataannya pun tidak diungkap secara gamblang di masyarakat umum bahkan menimbulkan banyak spekulasi baru. Pertanyaannya, jika benar ia pelakunya, kenapa Prabowo masih saja dengan gagah mendirikan Partai Politik (Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)) bahkan mencalonkan diri sebagai Capres? Karena dampaknya pasti akan lahir massa yang menentang pencalonannya bahkan cenderung menyudutkannya seperti saat ini. Lalu mengenai isu pelanggaran HAM tersebut, nyatanya para perwira yang terkait bahkan semakin gemilang karir militernya, berbanding terbalik dengan Prabowo. Meski begitu, hubungan baik Prabowo dengan rekan-rekannya tersebut sangat baik, bahkan mendukung sekali pencalonan beliau saat ini. Selain itu tersebut, kewarganegaraan Prabowo yang dianggap dobel pun dikulik kembali, bahkan statusnya yang duda pun dibahas di public secara umum baik melalui desas-desus maupun informasi yang belum jelas kebenarannya. (Baca : http://indoprogress.com/2014/05/melacak-tim-mawar| http://lm.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fpolitik.kompasiana.com%2F2014%2F05%2F25%2Finikah-penyebab-prabowo-dan-titiek-soeharto-berpisah-659837.html&h=vAQGp2P-n&enc=AZNavhQPAsKnPobxihYc4yRHDOy6dZ-IaZOhVzWJ7CWLOKuvMDikKUDGiwfpUJC0owBEsFJDsgJSZ7GQ5JxxSVu2JTc7XQP9MgmpJj4BqBhhH5IGC3eV8lYXtfjyNoR6kqTeoz7xwrPJJXppcb1Vu9TR&s=1 )
 Lain Prabowo, lain lagi Joko Widodo (Jokowi), calon Presiden yang diusung Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP) menjadi kandidat Capres lainnya yang cukup Fenomenal. Isu yang menerpanya pun beraneka ragam, mulai dari isu SARA akibat majunya beliau menuju RI1. Kecemasan datang dari masyarakat yang dimotori ormas dibawah naungan PKS tentang ketakutan DKI Jakarta dipimpin Ahok yang notabene tampak emosinal dalam masa jabatannya selama ini. (Baca: http://nasional.kompas.com/read/2014/05/23/1702168/). Kemudian isu mengenai Jokowi sebagai capres boneka dibawah kepemimpinan pihak Asing usai pertemuan tertutupnya beliau bersama Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum PDIP, Putri Soekarno, Mantan Presiden di salah satu rumah pebisnis yang dihadiri para Duber Negara Asing termasuk Amerika Serikat dan Vatikan (Baca: http://m.tempo.co/read/news/2014/03/28/269566099/Jokowi-Diserang-Isu-SARA-di-Dunia-Maya) secara protokoler kegiatan ini merupakan hal yang tak semestinya diikuti oleh sang negarawarati ditemain kader terbaiknya, Jokowi, Capres 2014. Isu bus karatan dan agama pun menjadi salah satu bentuk kampanye negative yang dialami Jokowi. Dewasa ini diketahui, kasus bus karatan pun sedang dalam proses penyelidikan. .
Dikutip dari salah satu media online nasional diketahui fakta tentang isu SARA yang muncul ditengah hiruk pikuk pilpres 2014. "Jumlah ekspose pemberitaan berkenaan dengan Jokowi dan kampanye hitam mencapai angka 1.515 berita. Isu negatif yang menjadi materi kampanye hitam terhadap Jokowi. Di antaranya, capres boneka, bus karatan dan sebagainya," ujar Direktur Indonesia Indicator Rustika Herlambang kepada wartawan di Warung Kopi Deli Jalan Sunda No 7, Jakarta Pusat, Kamis (22/5). Menurutnya, kampanye hitam yang ditujukan untuk Prabowo tidak terlalu banyak. Isu HAM dan penculikan paling dominan diberitakan.
"Prabowo mendapat sorotan pemberitaan mengenai kampanye hitam sejumlah 743 berita. Tidak banyak ekspose isu negatif dari Prabowo kecuali soal pelanggaran HAM dan penculikan," lanjutnya.
Dia mengatakan, sepanjang tahun 2014 sekitar 173 media online di Indonesia memberitakan kampanye hitam. "Terdapat 5.556 pemberitaan mengenai kampanye hitam. Di mana di dalamnya terdapat frasa kampanye negatif," tutur dia. (Baca: www.merdeka.com%2Fpolitik%2Fkampanye-hitam-pilpres-jokowi-capres-boneka-prabowo-isu-ham.html&h=gAQEAP7Rj&s)
Ironis memang, demokrasi di Indonesia masih diwarnai isu-isu miring yang terus mendera capres dalam pilpres kali ini. Seorang Jurnalis TV pun baru-baru ini mengungkapkan bahwa “kenapa tidak bedah CV saja kalau terus mempermasalahkan masa lalu”. Trackrecord capres memang penting diungkap di public, namun semuanya menjadi tak semestinya lagi dibahas terlalu jauh apabila Visi dan Misi “si calon” tidak lagi menjadi hal yang jauh lebih penting dibicarakan dan dijadikan pandangan untuk memiliki pilihan di pemilu mendatang, karena sesungguhnya, pesta demokrasi ini milik rakyat, maka rakyat harus cerdas memilih calon sesuai dengan kualitas dan elektabilitas yang diharapkan. Bukan hanya itu, siapapun yang terpilih nantinya haruslah menjadi Presiden yang bisa memimpin negraga ini secara arif dan bijaksana. Maka masa pra pilpres yang sebulan lagi ini haruslah dipergunakan kedua calon untuk mensosialisasikan Visi dan Misi mereka untuk Indonesia kedepannya, tak melulu hanya membahas masa lalu. Meski kita tahu, masa lalu mempengaruhi “si calon” saat ini. Dan saat ini akan berpengaruh untuk Indonesia kedepannya di tangan pemimpin terpilih 9 Juli mendatang.



Ini essay (revisi) saya untuk mengikuti workshop Pers Kampus yang diadakan Sejuk.org
Alhamdulillah lulus (dengan apa adanya)

Assalamu'alaikum Ramadhan

Bismillahirohmannnirohim ...
Alhamdulillah sekarang sudah memasuki 2 Ramadhan 1435 H, betapa bersyukurnya saya Ramadhan kali ini merupakan Ramadhan Ke-19 kalinya dalam hidup sekaligus Puasa Ke-13 kalinya. Selain itu, berkha Ramadhan selalu menhingatkan saya akan kisah percintaan saya 5 tahun terakhir. Alhamdulillah, 23 Agustus 2009 lalu jadi kali pertama bagi saya dan ia saling mengenal lebih dekat. Mungkin ini sudah suratan takdir hingga akhirnya komunikasi panjang melalui telepon dilanjutkan dengan pertemuan- pertemuan. Entah bagaimana, pertemuan tersebut sangat membekas dan menumbuhkan benih-benih cinta bagi kami berdua. Hingga akhirnya tak ragu kami menjalin hubungan "pacaran" pada 6 Oktober 2009, hubungan yang kami jalani pun pasang surut hingga akhirnya kami memutuskan "putus" pada 28 April 2011 hingga detik ini. Memang, kami bukanlah sepasang kekasih lagi, tapi rasa kasih sayang itu tak pernah luntur dihati kami, maka Insha Allah kami akan terus mempertahankan rasa ini. Oktober nanti kami tepat 5 tahun, dan berdasarkan kalender Islam kami sudah saling mengenal di 5 Ramadhan yang lalu. Dari awalnya saya tidak berhijab hingga sekarang berhijab semua sama saja, sosoknya tetap menghormati segala keputusan saya dalam hidup. Setelah 6 kali Ramadhan bersamanya saya hanya berharap semoga Ramadhan kali ini makin berkah dan menjadikan kami insan yang semakin dekat dengan Tuhan-nya. Assalamu'alaikum Ramadhan. Insha Allah ini jadi bulan favorit kami :)
Selamat berpuasa untuk seluruh Umat Muslim diseluruh dunia. 😊

Dinamika dan Perkembangan Pers Dewasa ini


Kemerdekaan Negara Republik Indonesia (NKRI) secara de facto atau memproklamirkan diri pada 17 Agustus 1945 usai Jepang mengalami kekalahan dan porak-porandanya Hiroshima dan Nagasaki oleh Bom Atom Amerika Serikat. Hal ini menjadi sejarah awal merdekanya Republik ini secara mandiri dan tanpa terikat oleh Negara mana pun yang ingin menjajah Indonesia (lagi). Selain perjuangan secara politik, peperangan, serta perlawanan untuk merebut kemerdekaan peran pers juga sangat mempengaruhi berita kemerdekaan. Jauh sebelum mendekati masa-masa kemerdekaan, banyak wartawan yang diculik dan diasingkan setelah menuliskan tulisan yang kontra terhadap penjajah. Hal ini tak mengurungkan niat para wartawan untuk tetap memberitakan secara independen hingga pada 17 Agustus 1945 semua terbayar dengan beredarnya berita bahwa akan dilaksanakan Proklamir Kemerdekaan RI pada Jumat 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56. Tersiarnya berita tersebut melalui kantor berita Domei (ANTARA) merupakan salah satu peran wartawan dalam kemerdekaan Indonesia hingga seluruh rakyat Indonesia dapat menyaksikan dan mendengarkan hal tersebut baik secara langsung maupun melalui radio. Berita ini beredar cepat dan membuat kebahagiaan rakyat Indonesia tak terbendung lagi.
Kemerdekaaan Indonesia sudah memasuki usia ke-69 tahun, pun  perkembangan pers Indonesia sejak  awal kemerdekaan sangatlah penting. Bahkan kalau mengingat sejarah, 20 Mei 1908 sebagai bukti bangkitnya gerakan pemuda Indonesia yang dimotori 3 serangkai, satu diantaranya, Dowes Dekker yang bukan darah pribumi asli merupakan seorang wartawan. Memang tak dapat dipungkiri peran pers dan pewarta sangat membantu dalam segala hal termasuk bukti sejarah yang hingga detik ini  masih bisa kita saksikan melalui tulisan-tulisan di media cetak masa lampau. Membahas hal ini tak akan ada habisnya karena begitu banyak hal yang terjadi di dunia pers selama awal kemerdekkan RI, melompat ke Orde Lama dibawah pimpinan Presiden Soeharto perkembangan pers mengalami tekanan luar biasa, tulisan yang tidak memihak pemerintah tidak akan naik ke media massa. Pemerintah yang cenderung otoriter mengakibatkan kebebasan pers dibatasi disana-sini. Namun hal ini tak mengecilkan semangat dari wartawan meski akhirnya banyak media yang di bradel. Selain media massa, peran pers kampus pun tak kalah kuat. Di kampus-kampus Universitas di Indonesia pun lahir pers mahasiswa sebagai sarana media informasi dan control social terhadap petinggi Universitas dan kehidupan kampus. Hingga masa itu datang, reformasi. Turunnya PResiden Soeharto oleh Mahasiswa pada 21 Mei  1998 menjadi titik balik bagi kebebasan pers secara utuh. Diangkatnya Wakil Presiden, B.J. Habibie menggantikan Posisi presiden Soeharto membuat begitu banyak perubahan, satu diantaranya lahirnya Undang- Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers, mencakup jaminan dan perlindungan hukum serta tidak adanya campur tangan atau paksaan dari pihak mana pun terhadap pekerjaan pers. Dengan adanya Undang- Undang tersebut kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab bisa menjadi badan hukum bagi wartawan untuk tetap menulis berita meski kontra terhadap pemerintah demi lahirnya berita yang independen. Selain Undang- Undang sebagai dasar hukum, wartawan Indonesia pun memiliki Kode Etik Jurnalistik yang harus dipatuhi sebagai wartawan professional. Kode Etik Jurnalistik (KEJ) Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila,UndangUndang Dasar 194, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan Pers adalah saran masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan per situ, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab social, keberagaman masyarakat, dan norma- norma agama. Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut professional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak public untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan public dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik. KEJ yang berisi 11 pasal ini menjadi jaminan lain yang harus dipatuhi  dan memperjuangkan hak-hak wartawan itu sendiri maupun masyarakat.

Pada dasarnya pers ada bukan untuk merugikan satu pihak melainkan memunculkan kebenaran ke permukaan. Seiring berjalannya waktu, 15 tahun berlalu kebebasan ini mengalami banyak dampak baik positif maupun negative. Salah satunya yaitu penyalahgunaan kebebasan pers itu sendiri. Kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab dewasa ini jauh dari kata iya. Ada beberapa contoh kasus penyalahgunaan tersebut di media massa baik cetak, elektronik, maupun televise.
1. Adanya dugaan indikasi pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pada kasus video porno mirip artis Ariel dan Luna Maya saat pemeriksaan di Mabes Polsri karena wartawan mengambil gambar tanpa menyensor tersangka yang dirasa melanggar HAM karena hal tersebut bisa saja berdampak pada psikologi pelaku.
2. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik oleh SILET karena mengemukakan hal yang belum tentu kebenaran berupa opini yang dapat membentuk opini public dalam kasus letusan Gunung Merapi yang bisa menimbulkan ketakutan berlebihan bagi yang menonton siaran tersebut.
3. Kasus Antasari uang melibatkan wanita bernama Rani oleh TV One. Dalam kasus ini yang diwawancarai hanya  kerabat Rani yang dinilai subjektif, sedangkan kasusnya saja belum begitu terang saat itu
4. Pencitraan melalui media massa terutama kepemilikan pribadi. Menjelang Pemilihan Legislatif (Pileg) 9 April 2014 lalu Partai Politik maupun kadernya berlomba- lomba melakukan pencitraan. Mulai dari media cetak, eletronik maupun televisi yang digadang- gadang tidak murah namun demi citra baik di masyarakat hal tersebut sudah begitu umum dilakukan. Parahnya, beberapa pemilik stasiun TV swasta di Indonesia malah mau mencalonkan diri sebagai Presiden. Sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah ketika media yang dimilikinya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, bukan menjadi sarana pencitraan terus menerus. Entah itu iklan, kuis atau bahkan aksi social dan kampanye yang disiarkan berulang-ulang tentang si empunya TV.

Hal diatas hanya sebagian kecil dari penyalahgunaan kebebasan pers di Indonesia yang menerus terjadi kalau didiamkan. Dewan Pers kemungkinan sudah menegur bahkan menindak kasus-kasus seperti di atas namun kasus tersebut setiap harinya akan terus ada baik yang dilaporkan ke ICW maupun tidak. Maka peran sebagai Wartawan kampus, tetaplah berpegang pada kode etik Jurnalistik yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila agar tercipta kebebasan PErs yang bertanggung jawab dalam memberitakan tentang kampus. Penyalahgunaan tersebut juga cenderung dilakukan wartawan yang belum professional. Apabila selama menjadi wartawan kampus sudah mulai menjalani tugas secara professional maka saat terjun ke dunia jurnalistik Indonesia akan menyesuaikan dan terbiasa professional. Hal ini dirasa dapat meminimalisir terjadinya penyalahgunaan seperti itu lagi dan lagi.

(Untuk seleksi PJTLN di UMSU)

Negara yang Tergadai


Indonesia merupakan surga tersembunyi yang menjadi paru-paru dunia. Hal itu dulunya menjadi suatu pujian yang membanggakan bagi bangsa Indonesia, namun entahlah mungkin hal itu hanya menjadi kenangan indah masa lalu. Mungkin terdengar seperti kisah cinta romantis yang penuh ironi, benar kenyataannya, Indonesia sudah tak seindah dahulu dimata dunia. Tingkat korupsi yang tinggi bahkan bisa dibilang “budaya korupsi’ yang merajalela membuat rakyatnya “mati diatas lumbung padi”. Indonesia yang dulunya sempat mengalami swasembada beras kini harus makan dengan beras import mahal yang sebenarnya Indoneisa memiliki tanah begitu luas. Sayangnya, di tanah yang begitu luas, sebagian besar wilayah Indonesia sudah dikuasai pihak asing. Meski tak lagi mengalami kerja rodi dan romusha seperti jaman penjajahan, namun kemerdekaan rakyat miskin masih saja ada. Rakyat miskin menjadi “babu” di negaranya sendiri, di Negara yang sudah merdeka.
Dahulu, dahulu sekali tepatnya 17 agusuts 1945 Indonesia memproklamirkan diri terbebas dari jajahan Negara manapun ditengah pecahnya perang dingin (Perang Dunia II). Indonesia dibawah pimpinan sosok Presiden yang gagah dan pemberani, Soekarno -salah satu pejuang kemerdekaan- Indonesia mampu memperoleh perhatian dunia melalui gerakannya -Non Blok- dengan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT Asia-Afrika) di Bandung saat itu. Dengan kemampuannya, beliau mampu membuat  Indonesia yang baru merdeka menjadi dipandang keberadaannya oleh dunia. Kemudian, 1967 usai lengsernya Presiden Soekarno dengan ditolaknya pertanggung jawaban oleh MPRS dan diangkatnya Presiden Soeharto sebagai Presiden Kedua Indonesia yang memimpin Indonesia dengan jangka waktu terlama, 32 tahun. Selama masa kepemimpinannya dengan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dan berbagai strategi kepemimpinannya beliau mampu membuat rakyat makmur selama bertahun-tahun. Sayangnya, beliau membiarkan Indonesia berhutang dengan luar negeri hingga akhirnya Indonesia mengalami Krisis Moneter di periode Kepemimpinan berikutnya. Selain itu, Soeharto yang merupakan mantan Jenderal TNI menerapkan sistem pemerintahan Otoriter sehingga semua ruang gerak rakyat dibatasi serta tak adanya transparansi dari pemerintahan. KKN ada dimana-mana bahkan tumbuh subur seperti dipupuk dan disemai. Pada masa Orde Baru tersebut HAM tidak begitu dihargai, barang siapa bersuara (berlawanan dengan pemerintahan) dianggap sebagai musuh Negara dan harus dibinasakan. Mirisnya, hal tersebut terjadi secara besar-besaran saat 1998 yang mengakibatkan meninggalnya aktivis (kampus) sebagai hasil kekejaman rezim Soeharto.
Selanjutnya, 21 Mei 1998 Soekarno diturunkan dari jabatannya oleh Mahasiswa (yang dulunya mengangkat beliau menjadi Presiden) dengan pengunduran dirinya dan Presiden Indonesia ketiga akhirnya dilantik. Sebagai wakil Presiden, Prof. Dr. Ir. Burhanudin Jusuf Habibie (BJ Habibie) naik menjadi Presiden RI Ke-3. Masa kepemimpinannya hanya berlangsung selama satu setengah tahun. Namun, pada masa pemerintahannya, lahir peraturan yang mendasar seperti kebebasan berpendapat yang seakan berbanding terbalik dengan Soeharto yang membredel banyak Media Massa yang membantah Pemerintahannya. Lalu, 1999 melalui Pemilihan Umum oleh DPR maka terpilihlah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden Ke-4. Pada masa itu, beliau memberikan kebijakan untuk memberi ruang bagi orang maupun keturunan Tionghoa sehingga beliau dikenal dengan sebutan Bapak Pluralisme dan satu-satunya Presiden yang memberikan libur paling lama selama Ramadhan (1 Bulan penuh).  Namun kondisi kesehatan beliau yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan tugas kepemimpinannya, maka naiklah sang darah keturunan Soekarno (anak Kandung Soekarno), Ibu Megawati Soekarno Puteri yang menjadi satu-satunya Presiden Wanita di Indonesia, 2001. Beliau memimpin Indonesia hingga September 2004 dan dikalahkan melalui Pemilu secara langsung oleh rakyat oleh Partai Demokrat dengan Presiden yang diusung, Susilo Bambang Yudhoyono. Rasa kekalahan tersebut seakan menyebabkan seakan terlihat adanya dendam kesumat dihati sang Presiden Wanita hingga jarang sekali anatara keduanya bertemu. Bahkan, saat upacara peringatan kemerdekaan RI Ibu Mega biasanya melakukan upacara di kediamannya atau di sekretariat PDI-P bukan lagi di Istana Negara meski tetap menjadi undangan sang Presiden. Setelah tiga kali mengalami masa kepemimpinan presiden yang singkat, akhirnya 2004 hingga 2014 Indonesia dipimpin sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  yang dulunya juga merupakan anggota TNI. Selama masa kepemimpinannya, dinamika dan polemik begitu banyak terjadi. Namun salah satu sisi positifnya, lahirnya KPK sebagai wadah yang mempelajari kasus korupsi serta menjadi pihak resmi yang berwenang melakukan penangkapan bagi pelaku Korupsi di Indonesia. Berbeda dengan masa pemerintahan terdahulu yang tak mempermasalahkan korupsi secara mendalam, pada masa pemerintahan  SBY siapapun harus disidik apabila terindikasi melakukan korupsi. Cerita singkat masa kepemimpinan Presiden Indonesia dapat dibilang sebagai cerminan diri agar bangsa Indonesia terus berbenah diri. Tak perlu melakukan hal besar, mulai saja dari yang sederhana saja. Belajarlah jujur dan mencintai apa yang kita punya. Indonesia ada di tangan kita, bukan ditangan mereka para elit politik busuk yang mementingkan kepentingan golongan diatas kepentingan Negara. Untuk sekedar intermezzo dengan pandangan saya, maka saya akan memaparkan pendapat saya lebih jauh mengenai masalah kepemimpinan di Negara ini.

Enam kali berganti Presiden tidak membuat Negara yang akan segera merayakan kemerdekaannya Ke-69 17 Agustus mendatang –Indonesia- menjadi jera. Sistem demokrasi yang ada mengharuskan mengadakan Pemilu lima tahun sekali. Tahun ini, 2014, menjadi kali ketiga dilaksanakannya Demokrasi secara langsung (oleh, dari dan untuk rakyat) melalui pemilu langsung yang dipilih oleh rakyat. Pun tiga kali sudah digelar, kekurangan disana-sini masih dirasa banyak, apalagi kecurangan. Pemilihan Legislatif (Pileg) yang berlangsung pada 9 April 2014 sudah berlalu dan memunculkan babak baru, Partai pemenang Pileg berhak menentukan Calon Presiden yang akan maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 mendatang. Koalisi partai terus terjadi, entah atas dasar apa mereka melakukan koalisi. Namun jika ditanya, jawabnnya pastilah untuk Negara ini. Kepentingan Negara diatas kepentingan golongan  itu sepertinya hal tabuh dewasa ini. Semua melakukan pencitraan agar Bakal Calon Presiden (Bacapres) dan wakilnya yang dipilih dengan mengawinkan tujuan melalui koalisi dapat terpilih di Pilpres mendatang.
Mengusik masalah kepemimpinan, bukan hanya sekarang, pada masa keenam Presiden kita terdahulu pun (termasuk SBY) tidak serta merta naik dengan mudah menjadi Presiden. Adanya politisasi segala macam hal dan permainan elit politik lahir, tumbuh dan berkembang. Kesengsaraan, dan kemiskinan masih menjadi PR besar bagi bangsa ini. Perpecahan akibat isu SARA tumbuh subur di Poso dan wilayah lainnya diseluruh penjuru negeri. Mungkin Presiden terlalu sibuk, sehingga ditengah-tengah konflik yang berkepanjangan kepentingan politik masih diutamakan. Maklum, diantara para Presiden ada yang usungan partai, atau sekedar permainan politik untuk mempertahankan kekuasaan. Tidak menyalahkan mereka, namun tak pula membenarkannya. Sebagai warga Negara, tugas Bela Negara ada ditangan tiap-tiap Warga Negara Indonesia dimana pun berada. Jangan salahkan kami, kaum minoritas yang menuntut hak keadilan, bukan malah wakil rakyat yang sudah mampu mewakili rakyat dengan baik. Rakyat ingin kaya, sudah diwakili. Rakyat ingin sejahtera dan berpendidikan pun sudah diwakili para wakil rakyat. Nah, lalu kenapa saya menuliskan ini? Entahlah, saya hanya seorang Jurnalis kampus, saya tidak takut akan tekanan tapi saya masih memikirkan keluarga saya. Mungkin kejadian 1998 secara terang-terangan tidak akan lagi terjadi, namun hal tersebut masih akan terus terjadi ketika mulut mengatakan apa yang dilihat mata, didengar telinga dan dirasakan dari hati tentang negeri ini, negeri kaya ditengah tangan perampok. Negeri yang tergadai.

Melanjutkan isu Pilpres, sekarang bulan Mei, itu artinya tidak sampai 2 bulan lagi kita akan memilih sang pemilik Hak Eksekutif di Negeri  pemilik asap yang mengganggu akibat rakusnya manusia di tanah ini. Ya, saat ini ada dua nama calon penerus pemerintahan SBY-Budiono (yang entah apa tugasnya selama 5 tahun ini) yang kemungkinan maju di Pileg mendatang. Jokowi-JK sapaan akrab bakal calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusung partai PDIP dan para partai koalisinya dan Prabowo-Hatta yang diusung Gerindra. Jokowi, sang Walikota Solo yang maju di Pilkada DKI Jakarta dan Oktober 2012 lalu dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta didampingi Ahok sebagai wakilnya. Belum dua tahun masa kepemimpinannya yang digadang-gadang “blusukan”, ia menerima tawaran Kursi Presiden dari sang Ketua Umum PDIP yang juga  mantan Presiden. Lalu, melalui diskusi yang mengeluarkan nama JK dari PKB sebagai Wakil dari Jokowi menimbulkan banyak spekulasi. Ditengah-tengah majunya pasangan ini terkuak isu SARA yang menyebutkan bahwasanya Jokowi merupakan seorang Chinesse yang beragamakan Kristen dan menjanjikan Kristenisasi untuk Rakyat Indonesia apabila ia terpilih. Seperti yang kita ketahui, beliau merupakan seorang Muslim meskipun kepatuhannya beribadah pun diragukan. Terbukti saat ia melakukan sidak di salah satu kantor Dinas di Jakarta saat Sholat Jumat yang seharusnya Jokowi berada di Masjid bukan malah “mencak-mencak” saat pegawainya sedang berisitirahat dan bukan membolos dari tugas kantor. Mengenai kebenaran masalah Sholat Jumat ini saya membaca sendiri berita ini di salah satu media online dan mengenai isu sara tersebut saya tahu dari Broadcast Blackberry Messenger. Bukan hanya itu, sebagai alibi untuk meyakinkan kebenaran atas hal itu, ada pula rekaman Jokowi yang kagok menjawab tentang pertanyaan yang mendasar tentang Islam kepada sang Gubernur. Memang terdengar tidak etis, isu SARA diangkat kepermukaan sebagai sarana menjatuhkan Jokowi tapi ini benar terjadi. Tinggal bagaimana kepandaian kita menilai pribadinya. Saya hany mengulik isu yang dihadapi Jokowi saja yang menurut saya menarik untuk ditelaah atau sekedar dilewatkan oleh orang lainnya.
Kemudian, calon satunya yakni Prabowo-Hatta. Kalau calon yang satu ini ada juga isu yang dikembangkan di Publik untuk menjatuhkan pasangan ini. Seperti halnya kelemahan-kelemahan Prabowo dibanding Jokowi yang beredar di Broadcast Blackberry Messenger. Salah satu hal lucu, namun ada pula yang versi menghina tentang Prabowo yang masih “jomblo”. Dalam pesan yang saya baca tersebut  menyebutkan bahwa keberadaan sang istri yang tak jelas. Lalu, pada masalah besarnya –isu 1998- yang terus menyebutkan bahwa Prabowo sebagai otak dari terjadinya kekejian dimasa itu. Sedangkan di pengadilan sudah menyatakan bahwa Prabowo tak bersalah.

Entahlah, yang satu SARA dan satunya HAM.  Siapa yang mau hak pilih ini menjadi salah dan tak bermanfaat. Jangan buat pilihan ini tergadai diatas kepentingan politik. Indonesia butuh pemimpin yang bisa menjadikan negeri ini semakin baik dan terus mengalami perbaikan dan revolusi karakter. Sosok yang bisa mencetak generasi emas untuk kemajuan bangsa ini. Siapapun dia, yang terpenting sosoknya bisa memimpin Negeri “mahsyur” ini bukan “menggadaikan” dan menjual emas diatas tanah berlumpur. 


Palembang, 24 Mei 2014
(untuk selekasi Workshop Sejuk.org)

Mulai Absurd

Gini loh, gue itu kan dulunya cantik (kata orang)  dan gue bangga dong dibilang gitu. Nah masalahnya, hal itu kayaknya udah usang banget ditelinga gue. Entah salahnya dimana, apa ada yang jauh lebih cantik dari gue atau kualitas kecantikan gue yang menurun. Emang sih muka gue sekarang jerawatan, kusam, berminyak, pokoknya enggak banget deh, tapi masalahnya apa kecantikan gue cuma diukur dari muka? Apa hati dan kelakuan gue buruk banget gitu? Atau jangan-jangan gue aja yang terlalu parno. Hahahaha entahlah beberapa waktu belakangan gue juga enggak mengenali diri gue. Mulai dari style yang bukan gue banget, pola hidup yang aneh bahkan tiap pagi bangun dari tempat tidur merasa asing. Gue rada takut kalo jiwa gue lagi ketuker sama seseorang yang enggak gue kenal eh tiba-tiba ketemu dan saling teriak satu sama lain kayak di FTV. Argggggh, hidup gue mulai absurd entah sejak kapan persisnya. gue udah enggak cantik lagi gegara jerawat terus gue asing sama diri gue sendiri. Apa gue delusi? atau jangan-jangan gue depresi lagi :( gimana enggak coba, bgue di press abis-abisan disana-sini sampe gue mesti ngerelain 3 hal yang menurut gue sayang banget gue lewatin dan mesti nunggu tahun depan. Tapi ada beberapa hal penggantinya, dan masih juga harus diusahakan. Kira-kira gue pantes atau enggak sih negdapetin apa yang gue harepin dan menurut gue layak diperjuangin, kok kayaknya hidup gue susah banget ya apa-apa mesti usaha keras. Ok, gue emang penuh semangat dan optimis tapi kok pilihan yang ada bener-ener buat gue galau :( cita-cita gue jadi aktifis kok kayaknya semakin susah gue wujudin. Padahal niat gue baik loh, gue pengin jadi sosok orang yang hidup diantara dunia kebaikan, gue hidup untuk amal, sosial dan kebajikan lainnya. Emang sih setelah gue upgrade, cita-cita teranyar gue jadi Jurnalis Alam kayak Medina Kamil atau seenggaknya gue jadi Jurnalis media cetak/tulis di kancah Nasional apalagi Internasional (amin). Tapi keinginan gue untuk ngebuka Yayasan Pendidikan Berbasis Kreatif untuk seluruh anak Indonesia dari seuruh penjuru negeri semakin menjadi saat gue liat dan denger sendiri mengenai "sitem pendidikan" di Indonesia yang menjadi Polemik karena enggak bisa ngebuat para anak-anak hebat di negeri ini menjadi nyaman dengan pendidikan yang ia jalani. Ohya, orang pinter tempatnya bukan cuma dirumah, kalian enggak tau kan seberapa besar potensi anak-anak yang dijalan. Jadi cita-cita gue menjadi Jurnalis itu emang agak enggak sejalan kalo gue jadi tokoh pendidikan, tapi masa bodoh lah duit dari gue nguli tinta gue tabungin buat adik-adik gue yang pinter yang nantinya bakalan gantiin si Mr. Korup yang numpang bobo hina di ruang rapat Anggota Dewan. well, yang pertama gue lakuin itu kayaknya gue liat "realself" gue deh dan bangu n dari tidur panjang gue karena ngimpi itu sah-sah aja tapi kalo gue bangun dan berusaha ngewujudin mimpi itu baru luar biasa! #MulaiAbsurdPartI