Percayakah
anda ketika barang anda hilang dari jangakauan anda, maka sebenarnya itu bukan
hilang. Melainkan, itulah cara-Nya membuat barang tersebut mampir di orang
lain. Ada orang yang tahu itu bukan barangnya, maka mencoba mengembalikan ke empunya
barang. Ada juga yang merasa sekarang sudah jadi miliknya. Lalu, hal tersebut
sebenarnya merupakan akumulasi dari perbuatan kita selama ini tanpa disadari.
Ketika kita seringkali menemukan barang atau sesuatu yang kita ambil, maka hal
yang sama akan terjadi pada kita, bisa dalam jumlah kecil maupun besar.
Sore
itu, Jumat (26/09/2014) saya menghabiskan sore bersama tiga orang teman, satu
diantaranya sepupu saya. Awalnya saya tak mengira akan memakan Shusi di tempat sejauh
itu, namun saya kira sesekali tak apalah. Toh kuliah saya pun diluar kota,
jelas lebih jauh dari tempat itu. Sebelumnya saya menghabiskan waktu bersama
Kak Desi, kakak tingkat yang juga teman baik saya, kami bertemu di salah satu
Mall besar di kota Palembang, tempat saya tinggal, lalu kami melanjutkan
perjalanan yang cukup jauh, ke pasar pusat, pasar 16 Ilir Palembang. Kemudian,
kami berdua bergerak cepat di pasar untuk membeli rok dan sandal untuk adik
saya. Tak sampai tiga puluh menit, perjalanan melelahkan dipasar yang besar itu
pun selesai. Kami pun melanjutkan perjalanan panjang (lagi) menuju tempat makan
Shusi di daerah Soekarno-Hatta yang sangat jauh untuk menjadi tempat bermain saya sehari-hari. Angkot biru kecil tujuan
Bukit pun kami pilih menjadi transportasi menuju tempat makan itu. Sampai
dilampu merah, saya dan Kak Desi menyambung angkot kuning Musi2. Kami duduk
cukup lama di dalam angkot yang ngetem di kawasan Lingkaran untuk menunggu penumpang.
Setelah cukup lama menunggu akhirnya angkot bermuatan lima belas orang pun
berjalan mengantarkan kami ke lampu merah simpang tiga, ke kiri menuju polygon dan
ke kanan menuju Jl. Soekarno-Hatta, Bandara, tempat yang akan kami datangi.
Usai turun angkot kami lanjutkan dengan jalan kaki menuju lokasi yang jaraknya
hanya sekitar dua ratus meter saja. Saya memang takut menyebrang, sehingga saya
(selalu) berlari saat itu. Sesampai di
tempat makan Sushi, saya menyadari tas sedikit terbuka disisi kiri. Namun saya
tak menaruh curiga sedikitpun. Karena saya tahu persis, semua barang penting
aman dalam tas hingga akhirnya perkiraan saya itu sirna. Setelah menunggu
sekitar dua puluh menit, datanglah Fe dan Kak Mutek yang membuat lengkaplah
kami berempat. Jadilah kami memesan makan, yang sebenarnya saya sudah teramat
lapar sedari di pasar pun mulai sibuk memilih makanan. Cukup lama dan makanan
yang kami tunggu pun mampu menyesaki ruang-ruang kosong di lambung saya yang
mungkin saja asam lambungnya naik karena telat makan. Sebelumnya minum saya
sudah datang lebih dulu dari yang lain. Acara makan makanan ala Jepang selesai,
mulailah saya sadar bahwa dompet telah raib. Ya, ternyata tas yang sedikit
terbuka itu menandakan dompet telah hilang. Niat saya untuk membelikan Sushi
untuk adik saya dirumah pun pupus. Setidaknya di dompet saya ada atm yang ada
isinya dan cukup untuk sekedar membeli satu paket Shusi mini.
Kegalauan
pun dimulai. Mengetahui dompet saya hilang dari tas, saya berputar menggunakan
motor dan berjalan kaki ke tempat saya menyebrang menuju tempat makan itu.
Namun tak membuahkan hasil apapun, nihil.
Baterai tab saya pun habis sama sekali, jadilah saya tidak bisa menghubungi
nmor penting terkecuali nomor mama saya yang sangat saya hapal. Hingga langit
gelap pun, saya masih belum jua menemukan titik terang bersama Kak Desi.
Kebetulan, Fe dan Kak Mutek saya minta pulang saja. Karena sudah putus asa,
saya dan Kak Desi tak lagi mencari. Yang utama hanyalah memikirkan bagaimana
cara kami pulang. Kondisi saya saat itu sungguh lesu, saya bingung mau
bagimana. Di dompet itu juga, semua isi dan data penting saya berada. Hingga
akhirnya abang menjemput kami untuk mengantar kami pulang. Di pikiran saya saat
itu, saya harus segera ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan. Namun seakan
tak percaya, saya selalu memiliki keyakinan bahwa barang saya PASTI akan
kembali. Entahlah, saya hanya ber-positif
thinking pada diri sendiri. Dan teramat terima kasih untuk keempat orang
yang sudah berada disamping saya saat kejadian itu terjadi. Saya ulangi, Kak
Desi, Fe, Kak Mutek dan Abang yang sudah menguatkan saya. Tak ada tangisan.
Saya hanya lebih banyak diam. Dan baru menyadari banyak tanda yang
mengisyaratkan saya akan kehilangan. Berusaha ikhlas dan sabar. Saya harus
kuat! Berusaha tenang, saya memasuki rumah. Satu hal yang sangat mengejutkan
saya. Ternyata dompet saya sudah duduk manis dirumah. Aneh bukan? Saya yang
kebingungan sejak sore hingga saat sesampai dirumah pun terheran-heran. Usut
punya usut, ternyata dompet saya jatuh di depan tukang sate. Memang, saat itu saya
tak mencari sampai depan tukang sate. Kenapa? Karena sepanjang jalan tak saya
temui jejak dompet saya. Pikir saya, untuk bertanya kepada orang pun tidak
perlu. Mungkin karean terlalu kalut. Yasudah, saya berpikir itu hilang saja.
Dompet yang jatuh di tukang sate itu pun ditemukan bapak- bapak pegawai PLN
yang mencoba mencari keberadaan saya. Saya tak ada dikampus, dan ia pun
memberanikan mencari saya ke alamat yang tertera di kartu pengenal dalam
dompet. Dompet yang berisikan hanya dua puluh dua ribu uang tunai rupiah itu
pun sampai dengan selamat dirumah. Nomor saya yang tak aktif pun disangka turut
hilang. Namun perkiraan itu luntur ketika saya sms mama untuk mengabari kalau
saya masih dijalan. Ya memang, tab saya aman dalam binder hanya saja habis baterai.
Seperti sebuah mimpi, harapan yang telah hilang berubah menjadi kejutan manis
dengan ditemukannya dompet. Meskipun saya diceramahi papa saya, tak apalah
untuk dijadikan pelajaran.
Dari sini saya mengambil banyak pelajaran,
antara lain :
- Berhati- hati dalam membawa
barang berharga
- Jangan terlalu mencolok dalam
berbagai hal
- Yakin dan berpositif thinking
- Kebaikan akan selalu datang
ketika kita mengusahakannya
- Bukan bermaksud tak ikhlas,
namun ketika kita pernah menemukan milik orang lain cobalah kembalikan,
kemudian suatu saat mungkin hal itu pun akan terjadi
- Ada, dan akan selalu ada
keajaiban Tuhan
- Masih banyak orang baik di bumi
ini
- Masih aka nada dan selalu ada
keajaiban Tuhan
- Keajaiban itu datang bukan saat
kita ingin, melainkan saat Tuhan sudah memastikan itulah saat yang tepat
- Banyak bersyukur dan peduli
terhadap orang sekitar
- Peka
- Terima kasih Tuhan untuk
pelajaran kali ini