Mesin Penterjemah

Special Birthday

Hiduplah Indonesia Raya 



Hari ini serentak diseluruh penjuru tanah air saudara sebangsa setanah air menyuarakan hal tersebut. Kenapa? Ya haryti ini peringatan Hari Kemerdekaan NKRI yang Ke-69. Sejujurnya inilah ulang tahun yang paling fenomenal. Angka "69" yang konotasinya agak sensitif di masyarakat ini menjadi tahun dimana pemilu berhasil dilaksanakan dengan penuh gejolak. 

Sudalah, kita tak usah bicara politik. Tahun ini tahun kedua saya merayakan 17an dengan status "mahasiswa".

Saya juga melihat semua orang membuat status di sosial media dan dimana pun tentang kemerdekaan. Namun ada satu yang membuat saya sadar, status dari Kak Umar. Yang pada intinya, peran mahasiswa dalam mengisi kemerdekaan. Bukan hanya dalam kalangannya saja. Juga dalam masyarakat sekitar. 

Apapun itu, saya adalah satu dari jutaan mahasiswa yang berada dalam masa produktif. komitmen saya ialah mengisi kemerdekaan dengan kemampuan saya agar bermanfaat, sekecil apapun itu.



Dirgahayu Negara Kesatuan Republik Indonesia Ke-69. Jayalah Selalu Indonesia! 


(Berat) Badan

Selak Ceking


          Beginilah kira-kira nasib saya saat SD. Sejak saya lahir badan saya bertumbuh normal. Namun saat kelas 4 SD, saya sempat sakit dan rawat jalan selama 6 bulan. Masa itulah yang menjadikan saya kurus. Ada satu anak yang selalu mengolok-ngolok saya perihal badan saya yang kurus. Ia sebenarnya menyukai saya, namun saya tak menanggapi hal itu. Sehingga ia benci terhadap saya dan memanggil saya "Selak Ceking". Hingga kelas enam SD panggilan itu terus ia pakai dan saya terbiasa dijadikan bahan olok-olok oleh ia dan teman-teman disekolah. Hingga saat mama saya ke sekolah dan ke kelas saya. Saat itu mama saya tak tahu kalau saya terus dibully dengan julukan "ceking" itu. Mama saya yang baru tahu pun menegur teman saya itu. Mama saya marah mendengar kata-kata itu karena kesannya saya sangat kurus dan tak terurus. Lambat laun julukan itu mulai pudar

Masa SMP adalah masa pubertas. Di masa ini berat badan saya cukup naik sekitar 10-17 kilo. Setelah mengalami menstruasi perlahan berat badan saya bertambah selayaknya anak SMP lainnya. Saat kelaa dua SMP merupakan masa subur-suburnya berat badan saya. Yang dulunya 30 kilo menjadi 40 kilo. Kelas tiga SMP menjadi masa akhir disana. Berat badan saya perlahan naik hingga akhirnya saat taman SMP memiliki berat 47  kilo. Ini benar-benar berat badan terberat selama hidup saya (saat itu). Dan semua kembali turun saat SMA. Masa saya frustasi karena tak diterima di SMA idaman saya.


SMA yang katanya masa paling indah, agaknya tak terlalu saya rasakan. Saya menikmatinya hanya setengah hati. Dan turunlah berat badan saya menjadi 43 kilo. Turun 4 kilo hingga saya tamat SMA.

Masa kuliah, adalah saya mengalami masa yang sama seperti SD. Adaptasi gila-gilaan saya alami. Berkuliah di kampus yang berjarak sekitar 50 KM dari rumah menjadi rutinitas lima hari dalam seminggu. Berat badan saya bahkan sempat 40 kilo. Muka saya kusam, hitam dan pipi saya tirus. Mama saya merasa sedih melihat keadaan saya. Dan beliau meminta saya lebih banyak istirahat agar tak sakit. Mengingat berat badan saya yang menurun. hal itu berlangsung selama tiga semester.

"welcome ke-gendutan"

Tiga semester telah dilalui. Kata orang, semester tengah akan membuat seseorang gemuk. Dan saya mengalami itu ternyata. Suatu mimpi yang selalu saya dambakan. Menjadi berisi. Saat liburan semeter tiga, lebih santai dari liburan dua semester sebelumnya. Liburan tersebut saya lalui dengan berkunjung ke Jakarta dan Kepulauan Seribu. Saat di Jakarta saya memakan banyak sekali daging. Sdhingga lemak ditubuh saya mulai menumpuk. Saat pulang kerumah, semuanya benar. Berat badan saya yang sudah normal di semester tiga (43 kilo) naik menjadi 45 kilo. Dua kilo? Bangga bukan main. Sudah cukup untuk seorang gadis. Saya pun mulai paranoid, takut naik terus.
Alhamdulillah, beberapa bulan (saja) berhasil. Di pertengahan tahun 2014, yang juga saat libur semester 4 saya pun kembali ke Jawa dan menyempatkan diri untuk berlibur. Lagi, saya tak lihai mengaur pola makan. Jadilah 7 hari diBandung menambah pundi-pundi lemak menjadi. Taraaa 3 kilo siap menyesaki tubuh mungil ini. Jadilah berat badan 48 kilo. Ya Allah ini badan beneran gendut. Antara senang dan sedih. Senangnya, karena predikat sebagai manusia kurus sudah pasti luntur. Sedihnya, kegemukan saya terlihat jelas di area pipi, perut, paha, dada dan lengan atas. Semuanya menjadi tak biasa. Ukuran pun naik.

Namun tak sampai beberapa hari, saya sakit dan berat badan turun kembali, 45 kilo tak lagi ke 43 kilo yang sekian lama menjadi berat badan setia. Hmmm, sedih juga turun lagi tapi biarlah. Tak lama, masuklah bulan suci Ramadhan. Itu artinya pundi-pundi lemak sudah siap terisi kembali. Nyatanya, berat badan naik lagi hingga 47 kilo usai satu bulan dilalui.
Lebaran pun tiba, itu artinya sanjo(silaturahmi) pun kerap saya lakukan. Dari satu tempat, ke tempat lainnya membuat saya merasa sangat tidak biasa. Hampir semua orang bilang "ay gemukan caknyo sekarang". Dan memang saya nampak gemuk tapi saya selalu mengingkari hal itu. Hingga akhirnya saya benar-benar sadar saat lebaran keempat. Saya sedang mencoba baju baru untuk lebaran hari itu, say pun baru benar-benar melihat betapa lebarnya badan saya sekarang. Saya tak lagi pantas memakaibaju berukuran S dan ukuran celana saya naik dua ukuran.

Dulu, saya selalu bilang saya mau gemuk. Dan sekarang saya ingin kurus lagi. Sebenarnya bukan masalag ukuran, melainkan karena saya tak atau belum terbiasa tampak lebih gemuk. Bukan soal julukan dari orang. Karena bagi saya, fisik tak masalah, yang penting ialah hati. Sekarang saya cuma punya rasa syukur atas badan saya. Saya percaya, orang baik tak pernah memandang fiaik. Pun saya, jika diantara manusia ada yang baik hatinya, baik kurus ataupun gemuk saya akan selalu sama. Yang membuatnya berbeda ialah perilaku saya.

Selamat menikmati rasa gemuk hai badanku :)