Mesin Penterjemah

Review Film : Flu (2013)


Sebelum mengulas film Flu, saya mengucapkan terima kasih untuk teman-teman yang merekomendasikan film ini untuk di tonton. Apalagi tengah pandemi seperti ini, film ini seakan mewakili perasaan penonton filmnya. 





Film yang dirilis 14 Agustus 2013 ini ditulis dan disutradarai oleh Kim Sung-su termasuk dalam kategori film bencana buatan Korea Selatan. Film yang berjudul Flu atau Gamgi dalam bahasa Korea ini berdurasi 121 menit. Dibintangi oleh Jang Hyuk dan Soo Ae film ini menuai sukses sebagai box office dengan pendapatan US$ 19,8 Miliar . Di produksi oleh ILoveCinema dan iFilmCorp serta didistribusikan oleh CJ Entertainment film ini kembali booming setelah pandemi Covid-19 menyerang berbagai belahan dunia. 




Dari segi kemanusiaan, saya melihat film ini menggambarkan sebuah tragedi kemanusiaan. Manusia dianggap sebagai mediator berkembangnya virus sehingga nyawa bukan lagi sesuatu yang berarti dan harus diselamatkan. Mengatasnamakan keselamatan orang banyak, ada banyak nyawa yang hilang sia-sia. Keegoisan dan ketamakan manusia muncul dan mengalahkan perasaan empati ditengah wabah. Dan hal ini mungkin terjadi jika kepanikan menyerang manusia jika tidak ada solusi atau pilihan lain.




Dari segi tanggap darurat, film ini menunjukkan Korea Selatan adalah negara tanggap bencana. Dalam hitungan jam pemerintah daerah maupun pusat sudah berkoordinasi untuk melakukan tindakan. Kegiatan isolasi, peralatan dan petugas kesehatan sudah siap menghadapi kemungkinan terburuk. Dan jika hal serupa terjadi di negara berkembang, ada peluang virus yang ingin ditemukan vaksinnya mengalami kesulitan. Warga dan pemerintah sulit memiliki titik temu agar penananan wabah dilakukan secara optimal.




Dari segi drama, cerita ini menunjukkan cinta manusia di atas keserakahan. Jika pemeran utama pria acuh terhadap anak dari pemeran utama wanita mungkin vaksin yang ada akan hilang. Maka virus akan lebih cepat menyebar. Dan jika semua orang dalam film ini tidak ada simpati dan empati maka tidak terbayang apa yang akan terjadi. Ini menunjukkan betapa simpati dan empati sangat penting dalam kehidupan manusia. 



Dari segi pemerintahan, saya melihat bahwa seorang presiden dipilih bukan hanya untuk menjadi orang nomor satu saja. Tapi menjadi orang yang bertanggung jawab penuh atas segala yang terjadi di negara tersebut. Menjadi Presiden bukan cuma soal orasi atau nama baik negara, tapi tentang semua rakyat yang didalamnya adalah tanggung jawabnya. Jadi, kita semua harus mendukung keputusan presiden sebagai orang yang bertanggung jawab penuh atas negara ini. Itu tidak mudah dilakukan oleh seorang manusia biasa. 




Harapan saya untuk siapapun yang menonton film ini untuk berpikir positif dan belajar banyak dari film ini. Kita semua menghindari satu sama lain agar tetap hidup. Maka jangan hidup dengan membunuh kepercayaan diri orang lain, kesempatan hidup orang lain dengan membeli semua kebutuhan sehari-hari secara bar-bar, dan tetap menjadi manusia yang memanusiakan. 




Saya cuma mau bilang, hiduplah tanpa mematikan orang lain. Film ini saya rekomendasikan untuk semua orang yang sedang menghadapi pandemi ini. Tetap sehat dan berpikir positif.