Mesin Penterjemah

Cepat Pulih Bumiku #OvercomeTogether #COVID19

Selasa, 15 April 2020.
Hatiku lirih, sedih dan tak semangat hari ini. Satu bulan kebelakang, aku menutup mata dan telingaku untuk tidak melihat berita COVID-19 secara utuh dan mendalam. Aku memilih abai. Yang aku ingat, jaga jarak aman, keluar bila perlu dan jauhi virusnya bukan orangnya. Satu minggu ke belakang, banyak yang datang kerumah memberikan fotokopi KK dan KTP mengharapkan bantuan pemerintah. Kau tahu apa reaksiku? Marah! Aku kesal, karena tahu sebagian besar dari mereka masih bisa hidup dengan baik tanpa bantuan pemerintah. Mereka lupa, mereka abai dengan orang yang jauh lebih membutuhkan. Ada juga cerita dari telpon yang kudengar. "Kami akan mati kelaparan bukan karena COVID-19, bapak kami tidak bekerja", lirih, sedih, pilu aku mendengarnya. Tapi aku bisa apa. Memberi juga tidak seberapa. Akhirnya, ada teman-teman kreatif yang memintaku berdonasi. Aku lega, bisa andil walau hanya sedikit. InsyaAllah mereka juga amanah.

Hari ini, aku sedih kembali kawan. Aku melihat pedagang di pasar yang berkeluh kesah tentang turunnya pendapatan, pungutan masih tetap ada, cicilan menunggu, Ya Tuhan sedih sekali. Aku hanya orang cukup, memberi juga tidak seberapa. Ada kaum bawah yang hilang pekerjaan, ada kaum atas yang hilang penghasilan bahkan sampai harus mengorbankan kaum bawah. Tidak bisa menyalahkan kaum atas juga. Mereka juga rugi. Bahkan ada yang gulung tikar. Keadaan ini bukan keinginan kita semua. Tidak pernah terpikirkan sama sekali, mungkin. Apalagi kita semua, hanya warga dalam negara berkembang. Banyak, bahkan banyak sekali ketidaksiapan menanti. Banyak usaha merugi tapi kita bisa apa. Ini semua demi harga sebuah "nyawa" yang harus dilindungi. Jangan sampai kamu ambil kesempatan dalam kesempitan. Jangan sampai kerakusan dan ketamakan melukai nilai kemanusiaan.



Ayo kawan, ini cobaan kita bersama.
 Berhenti saling menyalahkan apalagi menghujat. Berhenti pula menganggap penyakit yang disebabkan COVID-19 itu aib! Aku kira kita semua lahir di era berjumpa virus SARS, Flu Burung, Flu Babi, Mers, Ebola. Semuanya tahu  virus bukan aib. Bahkan HIV pun bukan aib. Mulai buka mata, kita bersama mengisolasi diri bukan karena apa-apa atau untuk apa-apa melainkan "nyawa". Jangan sampai kamu terhindar virus tapi orang di sebelahmu tak terhindarkan dari kelaparan"


Dari Seorang guru yang mungkin tidak di dengar. Dan cukup banyak menerima kenyataan bahwa pendidikan negara ini masih butuh banyak perubahan kedepannya agar tidak terbelakang.