Mesin Penterjemah

Backpacker Nekat (Goes To Jogja)

Perjalanan ini sudah direncanakan sejak September lalu, di awal rencana saya dan kedua teman saya berasumsi "Kita Ke Lombok" dengan modal nekat. Untuk masalah uang, semuanya mengeluarkan dari kantong pribadi dan bagian menyusun itinerary dan trip adalah saya. Bukan karena mereka menyuruh saya, melainkan saya memiliki hobi menyusun trip dan berpetualang sehingga mereka memercayakan semuanya pada saya. Di awal rencana, kita berangkat bulan Oktober setelah PPL dan UTS saya dan Nyimas karena masih ada mata kuliah mengulang. Hitung sana- sini, hubungin teman sana- sini untuk numpang akhirnya ditotal dua jutaan budgetnya. Dengan berniatkan backpacker, kami sangat semangat untuk semuanya namun semua sirna. Setelah PPL selesai, laporan menanti, UTS diundur dan uang belum ada. Kemungkinan besar perjalanan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Semua bersedih. Tapi, seperti kata pepatah Banyak Jalan Menuju Roma itulah yang terjadi kepada kami bertiga. Oh iya, sebelumnya kami sudah mengajak dua teman lainnya namun tidak begitu direspon sehingga kami memutuskan melanjutkan perjalanan bertiga saja. Beruntungnya, pada 13 Oktober saya memiliki uang, alhamdulillah. Saya langsung menghubungi kedua temannya "laju apo kito pegi?" tulis saya di pesan instan BBM. Respon baik pun muncul selanjutnya, kami bertiga sepakat rapat dirumah pda 15 Oktober selain rapat online di BBM. Saat rapat tersebut, tujuan dan dana kami pun berubah semakin mengerucut. Tujuan kami adalah Yogyakarta (permintaan Dillah) dan Bandung (permintaan Nyimas) dan saya ikut saja yang penting jalan. Kami pun menyusun itinerary awal dengan perhitungan 1,2 juta selama 9 hari. Setelah rapat yng tidak begitu jelas kami sepakat berangkat tanggal 19 Oktober 2015. Anehnya lagi, kami bertiga saling percaya padahal sebelumnya kami belum pernah menuju rute- rute tersebut menggunakan kereta api. Tapi begitulah, kami memang aneh. 

Dua hari setelahnya, saya baru membeli tiket dan meminta papa saya mengantar ke Stasiun di tanggal 19 Oktober. Saya tidak meminta izin resmi, karena papa saya pasti susah mengizinkan begitu pun Dillah dan Nyimas. Mereka berdua meminta izin seperlunya, kami memang nekat (tidak untuk ditiru). Rapat lanjutan pun diadakan sehari sebelum keberangkatan. Hasil rapat tersebut diputuskan kendaraan yang dipilih dari Pelabuhan Merak menuju Stasiun Pasar Senen adalah kereta. Sebelumnya, tanggal 17 Oktober uang kami sebesar Rp. 500.000/orang sudah dikumpulkan di ATM saya untuk keperluan pembelian tiket kereta api. Selain pemilihan kereta, kami juga membahas apa saja yang perlu dibawa selama perjalanan. Berikut adalah barang yang saya instruksikan kepada mereka untuk dibawa :
  • Atasan 2 buah di tas dan satu dipakai 
  • Celana 2 buah di tas dan satu dipakai, usahakan  berbahan ringan dan cepat kering
  • Jaket 1 buah (letakkan dibagian paling atas tas agar mudah dikeluarkan)
  • Alat Sholat (mukena)
  • Handuk Kecil
  • Peralatan Mandi (saya hanya membawa Sikat Gigi dan Sabun Muka, karena kedua teman saya pasti bawa uang lain)
  • Pakain dalam (sebanyak- banyaknya)
  • Jilbab 3 buah di tas dan satu dipakai
  • Make Up seperlunya
  • Peralatan Narsis (Tongsis, Superwide, Fisheye dll)
  • Charger HP
  • Powerbank
(sisanya saya lupa, semua catatan ada di BBM dan BBM saya kemarin dihapus)
Selebihnya saya membawa tas kecil, sepatu flatshoes dan totebag yang berisi barang- barang kecil yang akan dipergunakan selama perjalanan. Selain itu, saya juga membawa peralatan packing olshop saya karena mungkin saja berguna. Isinya antara lain, Isolasi, Gunting dan Spidol Permanen. Dan memang sangat berguna, dan kenapa saya membawa sepatu dan tas lagi karena tas dan sepatu yang saya bawa untuk persiapan selama perjalanan, sedangkan tas dan sepatu diransel saya untuk dipakai jalan- jalan di kota tujuan nanti. Oh iya, saya membawa tas Eiger 35l sebagai ransel dan totebag 40x30cm dari Sejuk.com untuk menampung perintilan kecil yang akan saya pergunakan selama dijalan. Namun, pada kenyataannya Nyima dan Dillah membawa baju 6 hingga 10buah. Saya sama sekali menghindari hal tersebut karena akan merepotkan saya nantinya. Selain bawaan pribadi, saya juga meminta teman- teman untuk mebawa yang lainnya untuk bertiga. Berikut adalah bawaan kelompok :
  • Makanan (roti tawar, wafer, Biskuit dan makan awet lainnya)
  • Selai coklat (selai rasa lain belum tentu disuaki kami bertiga)
  • Air Mineral 1500ml 2 buah
  • P3k mini (obat- obatan berisi Paracetamol, Promaag, Kapas, Tissue, Tissu Basah, Koyo hangat,Handsaplast, Minyak Kayu Putih, Fresh Care, Diapet, Amoxcilin, dll)
  • Pentiliner (dipakai selama perjalanan, karena tidak memungkinkan untuk terus menerus bergantin pakaian dalam)
  • Cangkir Plastik (dibawa 3 buah agar minum dicangkir masing- masing)
  • Sendok plastik (habis dipakai makan langsung dibuang)
  • Masker

Semua bawaan diatas dibagi tiga, jika sudah ada yang punya makan yang lainnya membeli yang belum ada. Untuk pembelian semua ini dijumlahkan dan dibagi tiga. Jumlahnya sendiri Rp. 270.300 (sudah termasuk 2 botol Air mineral besar dan Chitato yang dibeli di Stasiun Pasar Senen)

Akhirnya, Perjalanan panjang pun dimulai...


Senin, 19 Oktober 2015 (Day 1)
Jam 7.30  : Saya bergegas menuju Stasiun Kertapati diantar oleh papa. Sebelum berangkat, kami bertiga saling mengingatkan jam 8.30 kereta berangkat. Kurang dari 30 menit saya sampai di Stasiun. Sesampainya saya disana, saya langsung mencetak tiket kereta yang sebelumnya sudah saya beli secara online di tiket.com dengan harga Rp. 112.496 untuk 3 orang dengan rute Kertapati- Tanjung Karang. Setelah cukup lama, munculah Dillah dan Nyimas. Sekitar pukul 8 kami memasuki peron. Masih lumayan sepi sehingga kami menggunakan waktu untuk berfoto.


Jam 8.30 : Kereta mulai berjalan membawa kami menuju Tanjung Karang. Kami menaiki  Kereta Rajabasa I/S7 kelas Ekonomi dengan nomor kursi 12C, 12D dan 12E. Saya dan Nyimas duduk di bangku yang sama sedangkan Dillah di bangku lain yang sejajar dengan bangku kami. Ini adalah perjalanan menggunakan kereta pertama bagi sayadan Dillah. Di jam- jam pertama kami hanya bercerita satu sama lain, lama- lama semakin mengantuk. PErlahan- lahan makanan yang kami bawa pun mulai kami makan. Stasiun- stasiun kecil sepanjang jalur kereta menjadi pemandangan baru bagi saya. Di beberapa stasiun yang agak besar, kereta akan berhenti sekitar 5 hingga 10 menit saja. Sekitar jam 12 siang, kereta tiba di Stasiun Baturaja. Disinilah saya bergegas membeli perkedel untuk makan siang saya karena Dillah membawa nasi dan beberapa potong ayam kecap. Sedangkan saya, tidak memakan ayam. Untuk pertama kalinya, uang saya keluar dalam perjalanan ini sebesar Rp.4000 pembelian Perkedel dan kuah sayur nangka. Selama perjalanan, saya beberapa kali ke WC begitupun yang lain. Di kereta pertama ini, airnya sangat kecil sehingga saya terkadang mengurungkan niat untuk ke WC. Selain itu, karena perjlanan yang ditempuh sekitar 12 jam, maka selama itu juga kami bercerita, mengobrol dan saling bertehur sapa dengan penumpang lainnya. Di depan bangku saya dan Nyimas ada seorang anak berusia 3 tahun yang membuat perjalanan kami menyenangkan karena melihat kelucuan serta kepolosannya. Setelah perjalanan yang panjang kami lewati tibalah kami di stasiun Tanjung Karang.

Jam 20.15: Kereta yang dijadwalkan tiba pukul 19.41 pun terlambat 30 menit.Tak mengapa, karena kami sudah memperkirakan jika kereta terlambat hingga pukul 22.00. Sesampainya di Stasiun kami langsung mencari Musholla untuk Sholat Isya yang dijamak dengan Maghrib. Sedangkan Dzhuhur dan Ashar sudah terlewat selama perjalanan di kereta. Usai Sholat dan bersiap- siap kami langsung keluar stasiun untuk mencari Travel menuju Pelabuhan Bakauheni. 

Jam 21.00: Sekedar tips dari kami, jika anda mencari travel dari stasiun ada baiknya bukan saat turun kereta. Lebih baik istirahat sebentar dalam stasiun karena jika langsung keluar akan diperkirakan banyak sekali sopir travel atau mamang ojek yang memaksauntuk menggunakan jasanya. Saat keluar stasiun, sudah begitu sepi dan hanya ada beberapa orang saja. Saya pun menggunakan Bahasa Indonesia untuk menanyakan harga travel. Setelah nego yang cukup cepat, akhirnya kami bertiga naik di Travel dengan mobil Luxio seharga Rp. 45.000/ orang. Perjalanan ditempuh sekitar tiga jam untuk menuju Pelabuhan. Untuk makan malam, kami hanya memakan makanan yang dibawa dari Palembang. Sebenarnya kami ingin makan terlebih dahulu, namun karena terlalu malam kami pending niat tersebut.

Selasa, 20 Oktober 2015 (Day2)
Jam 00.00 : Setibanya di Pelabuhan, travel kami berhenti tepat di depan kantor Pelabuhan sehingga kami hanya berjalan kurang dari 50 meter menuju tempat pembelian tiket. Kali ini kami membeli tiket manual kerna Ferri akan selalu berangkat 30 menit sekali. Uang yang kami keluarkan kali ini adalah Rp.15.000/orang. 

(bersambung,  post aja dlu.  Soalnya udah kelamaan di draft